Monday, April 28, 2008

Eksportir Minta Kenaikan Iuran Kopi Dibatalkan

Para eksportir kopi di Sumut minta kenaikan iuran kopi ekspor dari Rp 30/kg menjadi Rp 50/kg dibatalkan bisa menyebabkan ancaman penurunan ekspor.

Menurut eksportir, iuran kopi tersebut tidak hanya memberatkan pengusaha, tetapi juga petani dan pemerintah. Karena itu, batalkan kenaikan iuran dan bukan ditunda oleh BPP Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) hingga Juli 2008.

Seharusnya di tengah kondisi sulit, eksportir dan petani dilindungi bukan digerogoti dengan berbagai iuran. Apalagi iuran itu tidak jelas peruntukannya," kata salah seorang eksportir yang enggan disebut identitasnya, Kamis (24/4) di Medan.

Menurut eksportir, apabila iuran dimaksud sebagai dalih membayar iuran International Coffee Organization, dinilai sangat tidak beralasan kuat, mengingat semestinya iuran ICO itu merupakan beban negara, sebab yang menjadi anggota ICO adalah Negara Indonesia bukan AEKI.

"Kalau dibilang untuk pembinaan atau keperluan eksportir dan petani. Apa yang sudah diterima pengusaha dan petani dari hasil iuran itu," katanya.

Ketua AEKI Sumut Suyanto Hussein, saat dikonfirmasi mengakui adanya penolakan beberapa eksportir atas kenaikan iuran berdasarkan realisasi ekspor kopi dari Rp 30 menjadi Rp 50/kg, sesuai surat BPP AEKI tanggal 15 April 2008.

"Namun kita tidak bisa memberi keputusan, karena kenaikan keputusan BPP. AEKI Sumut hanya akan meneruskan usulan penolakan dan pendapat lain yang disuarakan dalam rapat di AEKI Rabu (23/4)," terangnya sambil menambahkan, BPP AEKI sudah menyatakan menunda pelaksanaan iuran menjadi per tanggal 1 Juli 2008 dari sebelumnya 1 Mei 2008. (Global)

Tuesday, April 08, 2008

NGO Italia Akan Garap Potensi Kopi Gayo

NGO Itali, Terre des Hommes Itali berencana melakukan survei potensi perkebunan di Aceh Tengah. Salah satu komoditi yang digarap adalah kopi. Perwakilan dari Terre des Hommes, (TDH) Itali, Aron Cristellotti saat bertemu dengan Wakil Bupati Aceh Tengah Drs Djauhar Ali yang didampingi Kepala Dinas Perkebunan Ir Absardi MM, Jumat (4/4) menjelaskan, tujuan kunjungan ini untuk melakukan pendataan terhadap potensi perkebunan yang dimiliki oleh Aceh Tengah.

Sebelumnya, Terre des Hommes Itali yang berkantor di Banda Aceh tahun 2006 telah melakukan pendataan potensi Aceh Tengah dan beberapa kabupaten di Aceh. Ini merupakan kunjungan lanjutan pendataan yang dilakukan oleh dua tenaga ahli Itali enam bulan lalu di Aceh Tengah.

Menurut Aron Cristellotti pendataan terhadap komoditi kopi di Aceh Tengah karena ketertarikan pemerintahan Itali terhadap beberapa daerah yang terkena imbas konflik. M. Kini Terre des Hommes sedang mempersipkan proposal rencana proyek untuk diajukan kementerian negara.

Dia juga menjelaskan, bahwa kegiatan yang dikhususkan untuk reintegrasi itu akan difokuskan di empat kabupaten masing-masing Bireuen, Pidie, Aceh Tengah dan Bener Meriah. Sementara program kegiatan yang dilaksanakan adalah komoditi kopi, coklat, kerajinan tangan dan eko turis. Sedangkan untuk Aceh Tengah akan difokuskan pada sektor komoditi kopi.

Program di Aceh Tengah menyangkut pembinaan terhadap beberapa kelompok tani kopi serta mendukung perkumpulan kelompok tani, koperasi atau perusahaan daerah. Untuk sementara, petani yang dilibatkan dalam perkopian tercatat 100 jiwa. Sedangkan untuk non kopi tercatat 62 orang.

Para petani juga akan mendapat pelatihan budidaya kopi secara organik, merehabilitasi perkebunan kopi yang terlantar akibat konflik. Khusus untuk empat kabupaten yang menjadi target, kata Aron jumlah petani yang akan dilibatkan tercatat sebanyak 400 orang. Namun jumlah tersebut, katanya bisa saja bertambah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kecemburuan sosial diantara masyarakat, khususnya petani.

Menyangkut rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di empat kabupaten itu pihak Terre des Hommes meminta rekomendasi masing-masing bupati untuk melengkapi proposal yang akan diajukan. Rencana ini telah diberi izin oleh Gubernur Aceh. Namun Aron menyatakan, program ini akan direalisasikan enam bulan mendatang.

Wakil Bupati Aceh Tengah mendukung kegiatan yang akan dilaksanakan oleh NGO tersebut dan siap mengeluarkan rekomendasinya. Namun, sebelum melakukan kegiatannya Djauhar Ali menyarankan Terre des Hommes dapat bertemu dengan Kepala BRA Aceh Tengah agar penentuan sasaran benar-benar para petani yang terkena imbas konflik. Apalagi dalam pelaksanaan kegiatannya jumlah petani yang dilibatkan terbatas. Untuk itu, Djauhar Ali meminta agar jumlah petani yang dilibatkan dalam kegiatan itu ditambah. Hal ini mengingat jumlah petani korban konflik di daerah dingin itu cukup banyak.(acehtoday)