Tuesday, July 31, 2012

Dewinza Heriza Putri Kopi Gayo 2012


Takengon, (Analisa). Dewinta Heriza (18) siswi SMA Negeri 1 Takengon terpilih sebagai Puteri Kopi Gayo 2012, setelah menyisihkan dua pesaingnya, Mutia Zahra asal SMA Negeri 1 Bukit Bener Meriah dan Aida Fitri Isaq.
Dewinta akan mewakili Aceh wilayah tengah ke ajang Putri Kopi tingkat Provinsi Aceh pada 19 Mei mendatang di Museum Tsunami Banda Aceh.

Kegiatan pemilihan Putri Kopi Gayo diadakan Forum Abang Aka Takengon (FAKAT) yang didukung sejumlah pihak. Sebanyak 20 peserta dari tiga wilayah tengah yakni Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues ikut meramaikan kompetisi puteri kopi. Acara puncak pemilihan Putri Kopi Gayo 2012 berlangsung di Hotel Bayu Hill, Rabu (9/5) malam.

Selama 4 hari para peserta dibina dan diharuskan menjawab sejumlah pertanyaan dari 5 dewan juri yang menyeleksi. Para dewan juri masing-masing Wahyuni, M.Psi (psikolog), Jamaluddin (syariat Islam), Elfitra,SST (pariwisata), Yuli Fitri Lia MPA (tentang kopi) dan Masna Manurung (umum).

Acara pemilihan Putri Kopi Gayo dibuka Pj bupati diwakili Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Aceh Tengah, M Hasan Saleh, dihadiri antara lain Kapolres AKBP Dicky Sondani, jajaran IOM Sega, Ketua Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (KMPKG) Drs Mustafa Ali dan sejumlah pengusaha dan pemerhati kopi.

Mustafa Ali menyebutkan, kopi asal Gayo cukup terkenal di dunia karena memiliki aroma dan kenikmatan yang khas. Ke depan pembeli kopi Gayo akan langsung turun ke daerah sehingga akan menguntungkan petani kopi.

Menyangkut kegiatan pemilihan Putri Kopi Gayo, menurut Mustafa Ali merupakan bentuk kreatifitas yang bagus dan perlu mendapat dukungan semua pihak.(jd)
sumber: analisadaily.com

Empat Masalah Ganjal Kopi Gayo Kuasai Pasar


MedanBisnis – Takengen. Ekspor kopi Gayo cukup banyak. Tercatat untuk negara tujuan di Amerika dan Eropa volumenya mencapai 50.000 ton per tahun. Kopi tersebut berasal dari kawasan pertanian di dataran tinggi Gayo yang digarap lebih dari 62.000 kepala keluarga (KK) di lahan seluas 87.000 hektare.
Meskipun demikian, pasaran dan produksi kopi Gayo bukan tidak mengalami kendala, setidaknya ada empat permasalahan utama seperti masih kurangnya tujuan negara ekspor, kurang modal, kurang promosi dan hasil produksi yang tidak stabil.

“Selama ini, kopi Gayo diekspor dari Medan, Sumatera Utara, ke beberapa negara tujuan dengan beberapa nama seperti kopi Mandailing Sumatera Utara dan sebahagian kopi Sidikalang, dengan tidak mencantumkan kata Gayo, meski sebahagian besar kopi ekspor tersebut berasal dari dataran tinggi Gayo yakni Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues,” kata Ketua Asosiasi Produser Fair Trade Indonesia (APFI), Mustawalad, kepada MedanBisnis baru-baru ini.

Dengan adanya sertifikat Indeks Geografis (IG) yang telah diperoleh, katanya, seharusnya pengusaha atau eksportir mencantumkan nama Daerah Gayo.

Kedua, tentang keberlanjutan produksi, dijelaskannya, dengan adanya perubahan iklim sangat menentukan produksi kopi. Ketidakstabilan hasil produksi kopi dari petani pada masa panen bisa mempengaruhi harga jual di tingkat lokal maupun international.  Disarankan, perlu adanya penelitian untuk menemukan varietas baru kopi, sehingga produksi kopi bisa stabil dan petani lebih diuntungkan.

“Rata-rata produksi kopi per tahun 700 kg per hektare, namun diyakini masih bisa ditingkatkan apabila ada perhatian khusus terhadap pertanian kopi ini,” ujarnya.

Permasalahan lain, mengenai perluasan pasar. Meski kopi arabika Gayo sudah dikenal, namun pasaran kopi jenis ini masih sangat potesial bila juga dipasarkan ke beberapa negara Asia. Saat ini ekspor kopi Gayo masih didominasi ke Amerika Serikat dan sebahagian negara Eropa. “Kalau pasaran kopi bisa ke seluruh Asia, maka akan meningkatkan kesejahteraan petani kopi di Gayo,” ujar Mustawalad.

Terakhir terkait kendala pendanaan, butuh bantuan perbankan untuk mendongkrak penjualan kopi ke level international.

“Berbicara tentang kopi, maka butuh modal yang besar. Saat ini pengumpulan kopi ke eksportir oleh pedagang, lebih banyak dilakukan dengan sistem koperasi.  Untuk itu masih dibutuhkan bantuan dari perbankan, karena modal usaha kopi ini sangat besar sedangkan sistem bank harus ada agunan seperti sertifikat kepemilikan hak tanah,” ucapnya.

Ditambahkan Mustawalad, produksi kopi arabika Gayo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan beberapa negara produsen kopi. Saat buah kopi merah, dalam satu tangkai (ranting) di waktu bersamaan bisa tumbuh bunga kopi yang akan menjadi cikal bakal buah. Hal  ini karena panen kopi di Gayo sangat tradisional, menggunkan petik tangan, sedangkan di negara Eropa sudah modern yaitu mengunakan mesin sehingga buah merah maupun hijau sekalian terpetik. (ck09)

Peminum Kopi Cenderung Lebih Sukses?


SERAMBINEWS.COM - Kopi selalu menjadi teman kita untuk mengawali hari, atau daya berpikir kita mulai "meredup" di sore hari. Bila Anda termasuk orang yang selalu mengandalkan kopi untuk teman saat bekerja, coba baca hasil survei dari Nespresso ini. Kebiasaan ngopi ternyata bisa menunjukkan seberapa tingkat kesuksesan kita di tempat kerja.

Perusahaan pembuat mesin kopi ini sebelumnya melakukan survei terhadap 2.000 kalangan profesional di Inggris. Survei mengungkapkan beberapa fakta menarik seputar kebiasaan minum kopi. Lebih dari tiga perempat responden (77 persen) yang merupakan manajer golongan top dan senior ternyata lebih memilih kopi ketimbang teh saat bekerja. Orang-orang yang tergolong sangat ambisius (dengan tingkat ambisi 4 dan 5 dari skala 1-5) minum 1,5 cangkir kopi lebih banyak daripada yang dikategorikan kurang ambisius.

Namun alasan mereka memilih kopi ternyata tidak hanya itu. Kopi bagi mereka juga sangat berkaitan dengan status. Terbukti hampir separuh responden (45 persen) mengaku bahwa mereka menganggap kopi memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada teh.

Kemudian, responden diminta memilih deskripsi pekerjaan mereka yang disesuaikan dari 13 pilihan yang ada, dari managing director hingga supporting role seperti petugas keamanan atau office boy. Dari sini, responden dikelompokkan ke dalam Top Management, Senior Management, Middle Management, Junior Level, dan karyawan non-office. Pengelompokan ini ditujukan agar para peneliti dapat menentukan responden yang memiliki penghasilan tertinggi.

Terlihat, 78 persen dari responden dengan gaji yang tinggi mengakui bahwa kopi sudah menjadi kebutuhan bagi mereka, agar mereka merasa lebih "tune in" dan lebih produktif sepanjang hari. Mereka cenderung memilih kopi dengan citarasa yang kuat, seperti espresso atau macchiato. Kedua jenis kopi ini lebih dipilih oleh dua pertiga dari responden yang berada di top management, dan tiga perempat responden yang tergolong "ambisius", ketimbang jenis kopi latte (dengan tambahan susu) dan cappuccino dengan taburan cokelat. Sebaliknya, jenis kopi panas dengan campuran susu lebih jadi favorit responden yang tergolong "kurang ambisius".

Nah, sekarang Anda mungkin tahu alasannya, mengapa meskipun sudah minum lima cangkir kopi sehari tetapi tidak naik-naik pangkat juga. Mungkin Anda terlalu banyak menambahkan susu ke dalam kopi Anda....
Sumber: Huffington

CI Buat Film Budidaya Kopi

BANDA ACEH - Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) bekerjasama dengan Conservation International (CI) sedang membuat film tentang budidaya kopi yang ramah lingkungan. Film berdurasi 30 menit mengambil lokasi syuting di kebun-kebun percontohan di Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Ketua MPKG, Drs Mustafa Ali, Rabu (30/5) mengatakan, film itu berisi materi perawatan kopi Arabika Gayo Organik sesuai standar Indikasi Geografis (IG). Film itu nantinya dibagikan kepada petani kopi di lima kecamatan di Aceh Tengah, yakni Ketol, Celala, Rusip Antara, Jagong Jeget, dan Pegasing. Lima kecamatan ini merupakan sentra penghasil kopi Arabika Gayo Organik.

Sejak 2011, kata Mustafa, pihaknya sudah memantau sistem budidaya tanaman kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah. Sesuai aturan dan syarat IG, budidaya tanaman kopi di dataran tinggi Gayo tidak menggunakan bahan-bahan kimiawi yang dapat merusak lingkungan. Mulai dari pemilihan bibit, perawatan, pola tanam, pemupukan, pemangkasan, pembuatan pupuk organik, pemetikan hasil, hingga perawatan biji kopi paska panen.

Saat ini, katanya lagi, jumlah petani kopi Arabika Gayo di Aceh Tengah tercata 33.000 kepala keluarga (KK), dengan luas areal 48.000 hektare. Sedangkan di Bener Meriah 4.000 KK dengan luas areal 39.000 hektare.

Sebagian besar petani kopi masih menggunakan bahan-bahan kimia untuk merawat tanaman kopi. Sementara areal tanaman kopi yang masuk peta kawasan IG di Aceh Tengah dan Bener Meriah tidak dibolehkan menggunakan bahan-bahan kimia.

Dua tahun lalu, Kopi Arabika Gayo meraih Sertifikat IG dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) Kementerian Hukum dan HAM, 27 Mei 2010. “Dengan adanya film teknik budidaya kopi yang akrab lingkungan itu, akan menjaga pola budidaya kopi yang sesuai dengan syarat-syarat IG,” ujar Mustafa didampingi Direktur Koperasi Baitul Qiradh (KBQ) Baburrayan, Rizwan Husin.(min)  

Editor : bakri
sumber: aceh.tribunnews.com

Korea Uji Cita Rasa Kopi Gayo


TAKENGON - Sejumlah warga Korea Selatan melakukan penjajakan terhadap cita rasa kopi arabika Gayo dalam  beberapa hari terakhir ini. Mereka merupakan para Q-Grader (penguji) yang diutus sejumlah buyer (pembeli) dari negaranya untuk menguji angsung cita rasa kopi Gayo.

Selain melakukan cupping test (uji citarasa) mereka juga melihat secara langsung perkebunan kopi di dataran tinggi Gayo itu. “Kedatangan mereka kemari, khusus untuk melakukan cupping test beberapa jenis kopi arabika gayo dan sebagian di antaranya utusan dari para buyer di Korea,” kata Sekjen Asosiasi Kupi Luwak Gayo (AKLG) Zamzam Mubarak, Rabu (5/7) ketika mendampingi sejumlah warga negara Korea di salah satu gudang eskportir kopi di Bebesen, Takengon. 

Dikatakan, warga Korea ini melakukan uji langsung dari 20 lokasi di Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan jenis kopi arabika Gayo, luwak Pantan Musara, Luwak liar Gayo (wild luwak) dan beberapa jenis lainnya. “Mereka berencana untuk membeli,” kata Sekjen AKLG ini.

Menurutnya, para Q-Grader ini hanya melihat barang jadi yang masuk ke Korea Selatan, namun belum pernah melihat secara langsung kebun maupun proses pengolahan kopi di dataran tinggi Gayo. “Target lain yang kita harapkan dari kunjungan ini, bisa menarik warga negara lain di Asia, untuk mengunjungi Gayo. tentunya dalam hal agrowisata kopi Gayo yang memang sudah mendunia,” harap Zamzam Mubarak.(c35)  

Editor : bakri
Sumber: http://aceh.tribunnews.com

Kopi Gayo Termahal di Dunia

* Dalam Pameran Kopi di Oregon, AS

TAKENGON - Kopi asal dataran tinggi Gayo, jenis arabika menjadi kopi termahal di dunia pada 2011 lalu, mengalahkan produsen terbesar dunia, Brazil. Hal itu terungkap dalam pameran kopi dunia yang diselenggarakan organisasi Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Portland, Oregon Convention Center, Amerika Serikat.

Perhelatan akbar itu diikuti produsen kopi dan ikutannya dari seluruh dunia, khususnya dari kawasan tropis, seperti Amerika Latin, benua hitam Afrika dan Asia. Para pengurus koperasi bidang perkopian Aceh Tengah dan Bener Meriah ikut meramaikan pameran kopi tersebut selama empat hari, 19 sampai 22 April 2012.

Ketua Forum Fair Trade Asia Pasifik, Mustawalad yang mengikuti pameran kopi di Oregon kepada Serambi Selasa (8/5) di Takengon mengatakan harga kopi Gayo merupakan yang termahal di AS, sehingga posisi pasar turun dari empat pada 2010 menjadi lima pada 2011.

“Meski peringkat kopi Gayo turun di pasar Amerika Serikat, namun jumlah yang dipasarkan meningkat 11 persen,” jelasnya. Dia menyebutkan, kopi Brazil atau Kolombia asal Amerika Latin hampir setengah harga dari kopi Gayo. Kopi Amerika Latin dibandrol 3,5 sampai 4 dolar AS/kg atau sekitar Rp 32.000 sampai Rp 37.000/kg.

Sedangkan kopi arabika Gayo 7,2 sampai 8 dolar AS/kg atau sekitar Rp 67.000 sampai Rp 74.000/kg. Dia menilai, kopi Gayo memiliki cita rasa khas dibandingkan dari negara lain, sehingga harganya lebih mahal. “Kopi Gayo merupakan kopi khusus (specialty) dengan skor cupping test di atas 80,” jelasnya.

Selain itu, sejumlah produsen kopi Gayo juga mendapat kontrak baru dari pembeli Amerika yang diperoleh saat ikut pameran di Oregon. “Koperasi asal Aceh Tengah dan Bener Meriah yang ikut dalam pameran itu, masing-masing membawa lima sampel bersertifikat Fair Trade dan Organik,” ujar Mustawalad.

Pameran SCAA yang bertujuan menjaga hubungan dengan pembeli di Amerika Serikat, sebagai penikmat kopi Gayo terbesar selain mendapatkan pembeli baru serta perkembangan kopi dunia, seperti mesin pengolahan hingga paking. “Dalam pameran itu, ada sekitar 350 stand dengan jumlah eksebitor (peserta) pameran sebanyak 775 peserta dari berbagai negara penghasil kopi,” pungkas Mustawalad.(c35)

Sumber: http://aceh.tribunnews.com