Medan, Kompas - Pengusaha Amerika Serikat yang tergabung dalam Roaster’s Guild of America membantu pengembangan petani kopi di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darusalam. Bantuan dalam bentuk edukasi itu dilakukan untuk meningkatkan kualitas kopi Sumut dan Aceh yang dikenal memiliki potensi tinggi.
"Secara kualitas sangat berpotensi. Tapi, sayang, kualitasnya tidak bisa stabil. Jika tidak berkualitas, tidak bisa bersaing dengan kopi dari negara lain," tutur Geoff Watts yang juga Juru Bicara Roaster’s Guild of America, Selasa (6/11) di Medan.
Geoff datang bersama tujuh pengusaha kopi di AS. Selama seminggu, mereka mengunjungi NAD dan melihat langsung petani Aceh Tengah dan Bener Meriah mengolah kopi gayo. Kunjungan ini dilakukan sebagai kelanjutan pertemuan dengan Gubernur Aceh Irwandy Yusuf di AS.
"Saya terkejut, petani di Aceh masih memakai cara tradisional. Salah satunya dengan mengeringkan kopi di atas tanah. Proses seperti itu sangat memengaruhi kualitasnya," tuturnya.
Para pengusaha AS ingin berbagi pengetahuan cara memproses kopi agar nilai jualnya menjadi tinggi. Geoff mengatakan, proses pengolahan kopi dengan teknik yang baik akan menghasilkan kopi berkualitas sehingga nilai jual kopi bisa jauh lebih tinggi. "Mengubah kebiasaan memang susah. Para petani belum banyak yakin, dengan kopi yang berkualitas akan mendapatkan harga lebih tinggi," katanya.
Kunjungan berikutnya dimulai Selasa di Sumut. Para pengusaha mengunjungi Kabupaten Humbang Hasundutan yang sudah mengembangkan kopi lintong sebagai produk unggulan. Roaster’s Guild bersama tenaga ahli Indonesia terlibat dalam pendirian "sekolah kopi" di Desa Sitio-Tio, Sigumpar, Humbang Hasundutan.
Pendirian sekolah merupakan salah satu dari bentuk keterlibatan pengusaha AS membantu petani kopi Indonesia. Sekolah yang sudah disiapkan 1,5 tahun itu akan mulai beroperasi bulan depan. Pengajaran sekolah yang mirip dengan model pemagangan itu dilakukan sarjana ahli kopi dari Kosta Rika.
"Dia sudah ahli di bidangnya. Pengajar dari Kosta Rika akan mendidik anak lulusan sekolah pertanian selama tiga bulan. Setelah selesai tiga bulan, ada program berikutnya dalam waktu yang sama. Harapan kami, mereka yang lulus dari sekolah itu bisa menularkan ilmu pengolahan kopi mulai dari penanaman sampai panen kepada petani kopi lain," kata tenaga ahli PT Volkopi Indonesia Eko Purnomowidi.
Alan Nietlisbach dari Volcafe Speciality Coffee AS mengatakan, pasaran kopi Indonesia di AS kalah dominan dari kopi Kolombia. Dia berharap, kopi Indonesia asal Aceh dan Sumut bisa menembus pasar AS. Persoalannya, pendekatan para pengusaha kopi sekarang adalah pendekatan kualitas. (NDY)
Sunday, December 23, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment