Friday, December 07, 2012

Mengenal Biji Kopi dengan Kualitas Spesial

Nurul Fajri | The Globe Journal

Banda Aceh – Kualitas kopi takkan sempurna bila dinilai dari penampilan dan aroma semata saat dihidangkan di atas meja. Mengenal biji kopi merupakan langkah awal mendapatkan seduhan kopi dengan kualitas istimewa.

Ketua Gayo Cupper Team, Mahdi kepada The Globe Journal Jum’at (2/11/2012) berbagi cerita mengenai upaya mendeteksi biji kopi berkualitas. Pada dasarnya sebagaimana standar penilaian kualitas biji kopi, perbandingan keistimewaannya dikategorikan dalam enam kelas. Ke-enam kelas tersebut yakni Super Premium Speciality, Premium Speciality, Speciality, Premium, Usual Good Quality, dan Averange Quality.

Aceh sebagai penghasil biji kopi Arabica dan Robusta di Dataran Tinggi Gayo berada dalam kelas Speciality. Penentuan kelas kopi Aceh ini dilakukan secara resmi oleh lembaga terkait. Secara umum, Mahdi menyebutkan beberapa poin penilaian itu semisal penilaian citarasa kopi (cupping) yang mencapai angka minimal 80.

“Ada standar untuk menentukan kopi jenis speciality. Skor cuppingnya minimal 80, keseragaman biji kopi sebesar 95%, kadar air dalam biji maksimal 12,5%,” jelas Mahdi.

Tidak hanya itu saja. Bagus dan tidaknya biji kopi juga ditentukan oleh warna biji tersebut. Bilamana saat proses penggongsengan (roasting) biji kopi tidak berwarna hitam atau tetap berwarna coklat (quaker), maka kualitas kopi itu dikategorikan tidak bagus.

Di lain hal, proses pengolahan pascapanen memberikan pengaruh yang besar akan peningkatan kualitas biji kopi. Biji kopi matang yang dipanen mesti dibersihkan dan dikeringkan dengan baik. Nah, jangan sampai tidak! [005]

Kopi Gayo dan Perubahan Iklim

Tanaman kopi dapat berkontribusi mengurangi dampak perubahan iklim, bagaimana caranya?

Oleh  Saodah Lubis

Para penikmat kopi pasti mengenal Kopi Gayo. Karena  selain sebuah trade mark kopi Arabica berkualitas. Kopi yang berasal dari Dataran Tinggin Gayo Aceh ini sudah dikenal sejak abad 17.  Padahal kopi, bukanlah tanaman asli Indonesia, tanaman ini dibawa oleh kolonial Belanda melalui korporasi VoC  ke Indonesia pada tahun 1699 dan dibudidayakan di Pulau Jawa.

Namun setelah itu mulai dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia antara lain, di  Pulau Sumatera seperti Mandailing, Dairi dan  di Dataran Tinggi Gayo. Di dataran Tinggi Gayo tanaman ini  mulai dikembangkan pada tahun 1924. Kopi berasal dari Afrika, dimana pada mulanya tanaman ini adalah tanaman hutan yang hidup secara liar.

Namun saat ini hampir semua orang mengenal tanaman kopi. Tercatat ada empat  juta orang manusia yang meminum kopi per detik. Menu kopi disajikan untuk menghangatkan suasana dingin, penghalau rasa antuk dan menciptakan kehangatan tubuh. 

Adapun kopi arabika dari dataran Tinggi Gayo, telah  dikenal dunia karena memiliki citarasa khas dengan ciri utama antara lain aroma dan perisa  yang kompleks dan kekentalan yang  kuat.  International Conference on Coffee Science, Bali, Oktober 2010 menominasikan kopi Dataran Tinggi Gayo ini sebagai the Best No 1, dibanding kopi arabika yang berasal dari tempat lain.

Kopi Gayo  dari Aceh
Dataran Tinggi Gayo merupakan penghasil kopi Arabika terluas di Indonesia. Lahan yang ditanam di kopi dikawasan ini mencakup  46.493 ha, dengan jumlah petani kopi lebih dari 20.000  KK, dan setiap tahun jumlahnya terus meningkat.

Kabupaten Aceh Tengah merupakan daerah pegunungan dengan kondisi tanah yang subur, dan iklim tropika basah, sehingga menghasilkan kopi yang  memiliki cita rasa tersendiri, sehingga terkenal ke mancanegara.

Ada dua jenis tanaman kopi  yang tumbuh di Kabupaten Aceh Tengah yaitu kopi Arabika yang tumbuh hanya pada ketinggian diatas 800 m dpl,  dan kopi Robusta yang tumbuh baik pada dataran rendah.  Ke dua kopi ini memiliki cita rasa yang berbeda dan biasanya orang yang sudah terbiasa dengan kopi robusta tidak akan menyukai kopi Arabika.

Sebagai contoh di Propinsi Aceh terkenal kopi Ulhee Kareng, dimana kopi yang dijual adalah jenis robusta.  Karena itu pada umumnya masyakarat di Banda Aceh atau daerah pesisir  lebih mengenal cita rasa kopi robusta.

Sedangkan kopi Arabika lebih banyak di ekspor ke Amerika, Europa, Jepang dan berbagai negara lainnya. Walaupun penikmat kopi tentunya akan menyukai cita rasa kopi ini. Salah satunya adalah gerai khas kopi Starbucks yang terkenal.   Para penikmat kopi akan sangat mengenal kualitas kopi strabucks, selain kualitas yang baik juga dengan harga yang hanya bisa dijangkau oleh kalangan menengah ke atas.

Kopi dan Perubahan Iklim
Pembukaan lahan untuk perkebunan kopi akibat sebagai dampak animo masyarakat yang menggemari kopi, ternyata ada kaitannya dengan perubahan iklim. Berdasarkan hasil survei dari Conservation International pada tahun 2009, bahwa petani kopi telah memperluas kebun-kebun mereka pada kawasan hutan.

Aryos Nevada, melaporkan bahwa penyebab tertinggi deforestasi di kabupaten Aceh Tengah adalah disebabkan oleh perluasan kebun kopi masyarakat ke dalam kawasan hutan.  Hal ini didukung pula dengan wawancara dengan masyarakat petani kopi bahwa mereka melakukan peluasan kebun kopi disebabkan setelah 5-6 tahun pohon kopi berproduksi maka produksinya akan menurun sangat tajam hanya mencapai 40- 60 %.  Oleh karena itu masyarakat mencari lahan baru untuk perluasan kebun kopi, tentunya kawasan hutan.

BACA JUGA : Kopi Konservasi

Salah satu upaya untuk mengurangi deforestasi terhadap hutan sekaligus juga untuk menyelamatkan hutan di dataran tinggi gayo adalah mengubah pola tanam kopi yaitu dari monokultur menjadi heterokultur  yang dikenal sebagai agroforestry.

Selama ini masyarakat memang menanam kopi secara tumpang sari, namun tanaman selanya adalah dengan tanaman semusim ketika pohon kopi masih kecil.  Sedangkan pohon pelindung yang umum digunakan adalah jenis lamtoro, yang secara ekonomi tidak memberikan nilai tambah.

Seperti diketahui bahwa kopi pada awalnya adalah tumbuh di kawasan hutan pada daerah ketinggian, maka sudah selayaknya kondisi ini kita kembalikan, yaitu dengan membuat kebun kopi yang mix-culture yaitu menumbukan bermacam jenis pohon pelindung yang bermanfaat secara ekonomi dan diselingi dengan tanaman semusim seperti cabe.  Di Kabupaten Aceh Tengah pola agroforestri di gunakan sejak lama, selain lamtoro, juga ditanam, jeruk, alpokat, nangka dan tanaman  pohon lainnya.

LEBIH LANJUT : Kopi Aceh Selamatkan Lingkungan

Jadi untuk menghasilkan pengelolaan kopi yang berkelanjutan, disarankan untuk memberlakukan sistem agroforestri.  Sistem ini  dapat meningkatkan nilai produksi kopi sekaligus memberikan mutu kopi yang lebih baik, juga akan menjaga ketersediaan air serta mengurangi deforestasi akibat pembukaan kebun kopi yang baru dan memberikan iklim mikro yang lebih baik.

Hangatnya Kopi Gayo

Sahabat Petualang - Kota Takengon adalah persinggahan terakhir tim 7Wonders dalam mengeksplorasi 7 tempat penghasil kopi di Pulau Sumatera. Sepanjang perjalanan ini sudah ada 6 tempat yang kami kunjungi yaitu Liwa (Lampung), Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang, Curup –Kepahiang, Mandailing Natal dan sekarang giliran Takengon.

Kami berangkat dari Langsa ketika jam menunjukkan pukul 7 pagi. Banyak agenda yang kami rencanakan makanya perjalanan harus dirancang seefektif mungkin. Supaya tak banyak waktu yang terbuang. Mengingat jarak antara Langsa - Takengon sendiri juga cukup jauh sekitar 334,6 km.

Perjalanan cukup lancar selain lalu lintas tak terlalu padat kondisi jalan raya juga cukup bagus. Sekitar pukul 11 siang kami sudah sampai di Bireuen. Kota yang dulu kerap jadi ajang pertempuran antara GAM dengan aparat keamanan Indonesia. Suasana kota Bireuen dulu jelas jauh berbeda dengan sekarang. Suasananya aman dan damai. Kami pun memutuskan untuk makan siang di sini, mengingat rute dari Bireuen ke Takengon akan sedikit merepotkan jika harus mencari warung makan.

Rute Bireuen – Takengon lebih banyak melewati perbukitan yang jauh dari pemukiman. Di daerah Cot Panglima pemandangannya cukup indah. Meskipun proyek pengerjaan jalan masih belum selesai. Jalan ini mengikis sebagian bukit dan dibuat lebih lebar. Ini penting karena di beberapa bagian terjadi kelongsoran.

Menjelang masuk Takengon, komunitas jip dari Gayo sudah menunggu. Mereka siap mengawal 3 Terios mencicipi trek bukit Oregon. Trek light off-road dengan pemandangan yang indah. Kemampuan Terios lagi-lagi diuji di sini. Kenyamanan dan juga ketangguhan kaki-kaki Terios terbukti andal. Melewati trek tanah berbatu dengan beragam kontur tak ada kendala berarti.

Sampai di ujung terakhir trek Oregon kami menyempatkan berhenti sejenak. Selain menikmati indahnya pemandangan kota Takengon dan Danau Laut Tawar, bersama dengn penyuka 4x4 menyeruput secangkir kopi panas sungguh pengalaman yang tak bisa dilupakan. Lewat secangkir kopi inilah meskipun baru saja bertemu pertemanan dengan komunitas jip di Gayo terasa lebih hangat.



Laboratorium Kopi

Kami memasuki kota Takengon dengan berkonvoi bersamaan saat azan maghrib berkumandang. Bambang, salah satu penggemar 4x4 dari Takengon yang ternyata juga pengusaha kopi Gayo, mengajak mampir ke gudang dan laboratorium kopi miliknya. Usaha yang dijalankan secara kekeluargaan dan berlangsung secara turun menurun ini ternyata berkembang pesat.

Kopi Gayo sendiri merupakan kopi jenis Arabica dengan citarasa yang khas. Hebatnya lagi kopi yang diproduksi Bambang sudah merambah ke Eropa Timur dan juga Amerika. Selain kopi Gayo Blendeed ada juga kopi dari Luwak liar yang sekarang mulai ramai digemari banyak orang.

Cara menikmati kopi luwak ternyata butuh trik khusus agar lebih nikmat. Air yang digunakan harus benar-benar mendidih. Dibutuhkan alat yang bernama ekspresso (berguna untuk menyaring kopi sekaligus menurunkan kadar keasamannya) sehingga kopi tak terasa tajam di perut ketika diminum.

Kami tutup agenda hari ini menikmati makan malam dengan menu ikan asam pedas khas Takengon… Ikannya sendiri diambil dari Danau Laut Tawar di belakang penginapan kami.

Pokoknya Mantaap!

Masih ada beberapa tempat yang akan kami kunjungi di Takengon, mengingat hari sudah malam kami putuskan untuk melanjutkannya besok pagi saja… Kami istirahat dulu yaaa….Ngantuk nih!

 Sumber: http://www.daihatsu.co.id/

Inilah Cara Penentuan Kualitas Citarasa Kopi

Nurul Fajri | The Globe Journal

Banda Aceh- Indonesia, terutama Aceh adalah penghasil ‘Speciality Coffe’ atau kopi dengan kualitas diatas nilai 80 jika diukur dengan angka. Untuk penentuan mutu kopi yang baik, kopi tidak hanya dilihat dari bentuk luarnya yang tidak cacat, tapi juga dinilai berdasarkan aroma dan rasa yang ditimbulkan oleh kopi itu sendiri. Proses penilaian seperti ini disebut dengan uji cita rasa kopi atau coffe cupping.

Dalam acara Aceh Coffe Food and Festival yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh, The Globe Journal, Jum’at (2/11) mengunjungi salah satu stand yang akan melakukan penilaian terhadap citarasa kopi. Stand bernama Gayo Cuppers Team merupakan salah satu perkumpulan para penguji cita rasa (cupper) dan para Q-Grader yang berjumlah enam orang.

Ketua Gayo Cuppers Team, Mahdi mengatakan bahwa ada sepuluh komponen yang dipakai untuk menilai kualitas aroma dan rasa kopi tersebut. “Untuk menilai itu kita pakai sepuluh atribut (komponen) yaituFragrance, Flavor, Aftertaste, Acidity, Body, Ballace, Uniformity, Clean cup, Sweetness, dan over all atau penilaian secara keseluruhan,” sebutnya.

Penilaian aftertaste adalah penilaian saat kopi tersebut diminum. Mahdi mengatakan bahwa kopi yang bagus itu adalah kopi yang masih terasa dimulut dalam rentang waktu yang lama. Sedangkan Body itu sendiri adalah penilaian terhadap kekentalan kopi. “Kental disini bukan kental karena perbandingan bubuk kopi dengan air,” ujarnya.

Kopi yang baik, kata Mahdi, adalah kopi yang punya keseimbangan (ballance) yang baik, dimana tidak ada satu faktor yang lebih ditonjolkan dari kopi itu sendiri, seperti keasaman yang terlalu berlebih. “Uniformity itu adalah keseragaman dari sampel. Jika ada lima gelas, maka kelima gelas itu tidak ada rasa yang berbeda,” jelasnya.

Untuk sweetness atau tingkat kemanisan sendiri juga diukur. Kopi arabika tidak bagus jika tidak manis. “Kopi arabika itu terkenal dengan rasa yang manis dan asam,” ujarnya.

Di stand ini, The Globe Journal berkesempatan untuk melihat bagaimana para cupper dan Q-Grader membubuhkan angka untuk mengetahui kualitas dari rasa dan aroma tiap sampel kopi yang ada. Kopi yang akan dinilai kali ini adalah kopi luwak arabika. Standar penilaian kopi yang dipakai di seluruh dunia mengharuskan tiap sampel kopi disajikan dalam lima gelas. Ada empat sampel yang akan di nilai kualitasnya, dan ada 20 gelas yang akan diujicobakan dalam coffe cupping kali ini.

Mula-mula para penilai akan mencium bau bubuk kopi dari tiap sampel yang ada. Ukuran bubuk yang dipakai, ujar Mahdi, tidak boleh terlalu halus. “Ukuran bubuk yang dipakai itu tidak boleh terlalu halus. Jika terlalu halus maka tidak ada yang bisa dirasa dipori-pori lidah. Untuk ini kita menggunakan ukuran mesh 20,” jelasnya.

Setelah proses penilaian aroma (fragrance) dari bubuk kopi itu selesai. Lalu kopi diseduh dengan air dengan panas 93 derajat celcius. Setelah diseduh, kopi tersebut didiamkan selama empat menit. “Kita diamkan dulu dia selama empat menit, biar sari kopi itu keluar,” tuturnya.

Setelah jangka waktu yang telah ditentukan, para cupper dan Q-Grader tersebut kembali membaui aroma kopi dari keempat sampel yang tersedia di meja. Jika tadi mereka membaui bubuk kopi, kini mereka membaui kopi yang telah diseduh dalam keadaan panas. Kemudian, buih yang dihasilkan saat kopi diseduh dipindahkan atau dibuang sebelum kopi tersebut dicicipi.

Proses penyicipan kopi inipun tampak berbeda. Sampel kopi diambil dengan menggunakan sendok kemudian diseruput oleh para cupper, namun tidak ditelan. Sampel yang sudah diseruput tadi langsung dibuang. Nah semakin kuat kopi tersebut diseruput, maka rasanya akan semakin kuat terasa di lidah. Sebelum berpindah ke sampel yang lain, sendok yang digunakan tersebut terlebih dahulu dicuci dengan air dan dilap dengan tisu.

Proses peniaian citarasa kopi ini tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya 20 menit. “Waktu yang diperlukan kurang dari 30 menit. Karna kalau sudah dingin, maka kopi tidak bisa lagi dinilai,” ujarnya.

Kopi Gayo Semakin Diminati di Jerman

Oleh MUHSIN ABDUL GANI (*

MUNGKIN hanya sedikit orang yang tahu bahwa selain terkenal sebagai penggila bir, orang Jerman juga sangat menyukai kopi. Faktanya, jumlah kopi yang diminum masyarakat Jerman melebihi konsumsi bir yang telah menjadi trade mark orang Jerman sebagai peminum bir paling banyak sedunia.

Konsumsi kopi di negara ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Rata-rata 146 liter per kapita per tahun pada 2007, lebih tinggi dari konsumsi air mineral dan suplemen vitamin yang hanya 130,4 liter serta bir yang hanya 116 liter saja. Hal ini menempatkan kopi sebagai minuman paling banyak dikonsumsi di Jerman.

Selain itu, menurut sebuah survei, rata-rata orang Jerman membeli kopi (baik berbentuk bubuk maupun biji) sebanyak 6,1 kg per orang setiap tahunnya.

Kebiasaan minum kopi di Jerman sudah menjadi kebutuhan selain sebagai gaya hidup. Selain itu, budaya minum kopi kian meningkat sebanding dengan aktivitas orang Jerman yang makin tinggi. Karena dikenal sebagai masyarakat dengan mobilitas tinggi, “coffee to go” (kopi dalam gelas plastik berpenutup yang mudah dibawa) semakin populer di sini. Hampir setiap cafĂ© menjual kopi jenis ini dengar harga bervariasi, rata-rata seharga satu euro (sekitar 11.500 rupiah). Menurut sebuah survei, seperempat dari total konsumsi kopi masyarakat Jerman adalah dengan cara seperti ini.

Selain itu, mesin-mesin pembuat kopi juga gampang kita jumpai di setiap stasiun kereta api atau bus di negara ini. Dengan harga yang hampir sama, kita bisa mendapatkan secangkir kopi panas yang siap diminum. Hanya tinggal memasukkan sebuah koin atau selembar uang satu euro saja, selang beberapa detik kemudian, segelas kopi panas akan menemani kita mengusir kedinginan yang terkadang suhunya bisa mencapai belasan derajat Celsius.

Kebiasaan minum kopi masyarakat Jerman yang semakin tinggi juga menyebabkan makin banyaknya jenis kopi yang beredar di negara yang terkenal sebagai produsen mobil mewah ini. Espresso dan caffe crema merupakan dua jenis kopi yang sering diminum orang Jerman. Kopi yang diimpor dari negara tetangga, Italia, ini semakin meningkat konsumsinya setiap tahun. Peningkatan ini ditengarai akibat cara memperoleh kopi jenis ini yang kian mudah berkat adanya mesin-mesin kopi yang umumnya menyediakan espresso dan caffe crema yang bisa kita temui di banyak tempat.

Konsumsi kopi di rumah-rumah juga semakin meningkat di negara ini. Harga mesin pembuat kopi (coffee maker) yang juga kian murah menyebabkan orang semakin mudah untuk menyiapkan kopi. Jika dulu kita harus menggunakan cara manual, yaitu dengan menyeduhnya di dalam gelas, sekarang orang bisa dengan mudah dan cepat membuatnya tanpa perlu menunggu air mendidih.

Dengan hanya sekitar 20 Euro (sekitar 230 ribu rupiah) saja, kita sudah dapat memperoleh alat ini di toko-toko elektronik, walau mesin ini bisa berharga ribuan Euro (belasan juta rupiah) per buahnya. Tinggal memasukkan air, kopi dan gula, jadilah ia segelas kopi manis selang beberapa menit kemudian. Meski demikian, masyarakat juga masih menyukai bentuk kopi yang disuguhkan secara praktis, seperti kopi celup maupun kapsul dan diakui sebagai cara meminum kopi paling populer di Jerman.

Kopi gayo

Dari mana kopi di Jerman ini diperoleh, karena kita tahu Jerman bukan termasuk negara penghasil kopi? Setiap tahun Jerman mengimpor 55.000 ton biji kopi atau senilai dengan 1,5 miliar Euro (sekitar 17,5 triliun rupiah). Sebagian besar impor itu berasal dari beberapa daerah seperti dari Hawaii, Jamaika, termasuk dari Toraja, Indonesia. Beberapa waktu lalu, di sebuah stasiun televisi lokal ditayangkan produksi kopi, termasuk asal kopi yang diolah di Jerman. Kopi dari Sumatra, termasuk kopi gayo dari kawasan Aceh Tengah, juga disebut-sebut dalam tayangan tersebut sebagai kopi berkualitas tinggi dan semakin diminati di Jerman.

Ada beberapa merek kopi yang terkenal di Jerman, seperti Jacob dan Tchibo. Merek Tchibo ini juga merupakan nama dagang bagi warung kopi yang banyak diminati masyarakat Jerman. Selain menjual minuman kopi, cafe yang tersebar hampir di setiap kota di Jerman ini, juga menjual berbagai produk olahan kopi dan biji kopi yang harganya sangat bervariasi, dari hanya beberapa Euro saja hingga puluhan Euro. Selamat menikmati kopi, jika suatu saat Anda tiba di Jerman.


Mahasiswa Doktoral pada Rumah Sakit Universitas Bonn, 
melaporkan dari Jerman, Rubrik Citizen Reporter Serambi Indonesia.
 
http://www.atjehcyber.net

Festival Kopi Dimulai Minggu

TAKENGON - Festival Kopi Internasional yang digelar di dataran tinggi Gayo akan dimulai pada Minggu (11/11) dan berakhir pada Jumat (16/11). Festival tersebut digelar di dua kabupaten, Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan tema: “Making Gayo Coffee More Than Speciality Coffee” (Menjadikan kopi Gayo lebih dari kopi spesial).

Para peserta, diantaranya 16 produser kopi dari Aceh Tengah dan Bener Meriah, dua produser dari Mamasa dan Manggarai, Nusa Tenggara Timur.  Sedangkan dalam kegiatan itu, juga diramaikan dengan kehadiraan 16 eksportir kopi dan buyer (pembeli) dari Amerika Serikat.

“Rangkaian kegiatan dalam festival kopi ini, yakni rapat anggota asosiasi produser fair trade Indonesia, seminar , cupping test (uji cita rasa), kunjungan ke kebun petani, serta cupping test di lapangan,” kata Ketua Asosiasi Producers Fair Trade Indonesia (APFTI) Mustawalad dalam siaran pers yang diterima Serambi Jumat (9/11).

Menurut dia, kegiatan tersebut dalam upaya menjaga eksistensi kejayaan kopi Gayo di pasar internasional, memperluas pasar lokal maupun internasional, serta memperkenalkan kearifan masyarakat Gayo dalam mengelola tanaman kopi.

“Karena akan hadir juga produser kopi dari daerah lain, sehingga melalui festival ini, bisa juga sebagai salah satu media untuk saling tukar pengalaman, antara produser dengan eksportir dan importir,” jelasnya. Dia menjelaskan festival kopi internasional ini dilaksanakan oleh APFTI dan didukung oleh Pemkab Aceh Tengah dan Bener Meriah.(c35)

peserta festival
Produser

* Koperasi Tunas Indah
* Koperasi Baitul Qirat Baburayyan (KBQB)
* Permata Gayo
* Kopi Gayo Organik (KKGO)
* Asosiasi Kopi Gayo Organik (ASKOGO)
* Asosiasi Petani Kopi Organik (APKO)
* Serba Usaha (KSU) Arinagata
* Serba Usaha (KSU) Adil Wiladah Mabrur
* Gayo Linge Organic Coffee (GLOC)
* Gayo Mandiri
* Bies Utama
* Sara Ate
* Kopepi Ketiara
* KSU Lembu Nai Manggarai Nusa Tenggara Timur dan
* KSU Petani Kopi Kampoeng Mamasa Sulawesi Barat

eksportir
* PT Brilliant Megah Mandiri
* CV INDO Agro Perdana
* PT Indo Cafco
* PT Ujang Jaya International
* PT Mulyo Kawi Wijoyo
* PT Olam Indonesia
* PT Ihtiyeri Keti Ara
* PT Menacom International
* PT Mandheling Gayo (MANDAGO) Internasional
* CV Arvis Sanada
* CV Aridalta Mandiri
* CV Yudi Putra
* PT Sumatera Arabika Gayo (SAG)
* CV Gayo Mandiri Coffee
* PT Gunung Lintong
* PT Rajawali Artha Agro Sejahtera

Buyer
* Dustin Johnson dari Organic Products Trading Company (OPTCO)
* Jim Munson (Brooklyn Roasting Company)
* Al Liu (Atlas Coffee Importers)
* Jude Toepfer (ICC). (c35)

Editor : hasyim

Mari Cicipi Beragam Kopi di Festival Kopi Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Kopi dari ujung barat sampai timur Indonesia akan tampil di Indonesian Coffee Festival. Festival Kopi Indonesia tersebut akan diselenggarakan pada 15-16 September 2012 di Ubud, Bali.

"Kita tampilkan kopi dari ujung Indonesia, Aceh, sampai Wamena. Kopi Wamena termasuk kopi the best di dunia. Sayang, kita belum berani melakukan branding kopi Indonesia. Kita belum branding 'kopi tubruk' seperti halnya branding 'cappucinno'," tutur Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar saat jumpa pers di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Rabu (15/8/2012).

Saat ini, tutur Sapta, Indonesia telah memiliki branding "Kopi Luwak". Menurutnya, kopi luwak begitu terkenal di dunia, salah satunya Korea Selatan. Apalagi di Busan Indonesia Center yang berada di Korea Selatan sengaja didirikan kafe kopi luwak.

"Awalnya kita ragu, karena orang Korea minumnya teh. Ternyata teh bisa kalah dengan kopi luwak. Ada 300 cangkir kopi luwak yang terjual tiap harinya di sana," jelas Sapta.
Selain keunikan cita rasa kopi asal Indonesia yang begitu beragam, daya tarik lainnya adalah teknik pembuatan atau penyeduhan kopi itu sendiri. Sapta memberi contoh cara menikmati kopi Gayo dari Aceh.
"Kopi Gayo bukan hanya kopinya yang terkenal, teknik pembuatannya juga unik. Kopi diseduh dengan cara ditarik-tarik. Alat penyaringnya dulu itu pakai kaus kaki, sekarang sudah tidak," tutur Sapta.

Menurut Sapta, selain bisa mencicipi beragam kopi dari berbagai daerah di Indonesia, pengunjung festival juga bisa melakukan tur ke kebun kopi yang berada di kawasan Gianyar, Bali. Indonesia sendiri kini berada di peringkat ketiga sebagai negara pengekspor kopi terbanyak di dunia.

Editor :
I Made Asdhiana

Kabupaten Bener Meriah Gelar Festival Kopi Gayo




Oleh Basri A. Bakar   
Kabupaten Bener Meriah yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah menggelar Festival Kopi Gayo pada 28 – 29 April 2012 yang dipadukan dengan panen raya, kunjungan ke KP Kopi Gayo yang berada di bawah BPTP Aceh, pameran, seminar, test cupping kopi dan peresmian Institut Agribisnis Tagoria Gayo. Acara tersebut sedianya dihadiri Menko Bidang Perekonomian, Meneg BUMN, Menteri Pariwisata dan Menteri Koperasi dan UKM, namun batal hadir ke tempat acara berskala internasional tersebut. Memberi sambutan atas nama menteri diwakili oleh Deputi Bidang Usaha Jasa, Parikesit Suprapto. 

Dalam sambutannya Parikesit mengatakan potensi kopi sangat besar di masa mendatang, karena banyak orang suka minum kopi. “Kita tidak bisa  berdiri sendiri tanpa sinergi yang bagus, yakni sinergi tripartit antara  pemerintah, masyarakat dan swasta, sehingga harkat kopi Gayo dapat dikenal di tingkat international 
Kegiatan tersebut menurut ketua panitia Razali Hansen adalah untuk mengangkat nama Bener Meriah yang punya cita rasa melalui kopi Gayo. “Kopi Gayo hampir satu abad dikenal, maka saatnya kini kita cetuskan satu abad kopi Gayo tingkat dunia. Kita minta pemerintah untuk mencari solusi terhadap nasib petani nyang masih tetap miskin, padahal kopi Gayo terkenal di luar negri,” ujarnya. Disebutkan, kopi bagi masyarakat Gayo adalah sebagai emas merah dan andalan ekonomi. Sekitar 39.000 ha merupakan kopi rakyat. Saat ini harga kopi Rp 50.000/kg, sehingga dapat menghasilkan sekitar Rp 1,8 triliun/tahun.
Kepala KP Gayo Ir Amir Hamzah hadir dalam acara Festival Kopi Gayo
Kepala KP Gayo Ir Amir Hamzah hadir dalam acara Festival Kopi Gayo







Jamur Akar Putih
Sementara itu Prof Dr Ir Abubakar Karim, MSi dalam seminar berjudul “Revitalisasi Kebun Kopi Rakyat di Dataran Tinggi Gayo” menyarankan perlunya kebun plasmanutfah kopi, guna melestarikan varietas-varietas kopi unggul dataran tinggi Gayo. “Kita sudah berhasil meningkatkan produktivitas rata-rata saat ini 800 kg/ha, langkah ke depan adalah bagaimana kita meningkatkan kualitas produksi dan harga yang menguntungkan petani,” papar Abubakar yang juga guru besar Fakultas Pertanian Unsyiah. 
Di sisi lain dalam acara diskusi, banyak peserta mengungkapkan serangan penyakit akar kopi di lapangan yang menyebabkan tanaman mati mendadak. Oleh karena itu perlu identifikasi penyebabnya secara pasti, apakah penyakit jamur atau nematoda. Menurut pemakalah lain Hartati Oktarina, SP, MSc cara mengatasinya antara lain membiarkan tanah tanpa ditanami selama 6-9 bulan (nematoda), rotasi tanaman dan pemanfaatan limbah kakao yang dicampur dengan trichoderma sebagai kompos. Selain itu dapat dilakukan pencegahan dengan menggunakan jamur Trichoderma virens karena menghasilkan enzim dan toksin berupa ethanol yang dapat menghancurkan hifa. Basri AB 

Tuesday, July 31, 2012

Dewinza Heriza Putri Kopi Gayo 2012


Takengon, (Analisa). Dewinta Heriza (18) siswi SMA Negeri 1 Takengon terpilih sebagai Puteri Kopi Gayo 2012, setelah menyisihkan dua pesaingnya, Mutia Zahra asal SMA Negeri 1 Bukit Bener Meriah dan Aida Fitri Isaq.
Dewinta akan mewakili Aceh wilayah tengah ke ajang Putri Kopi tingkat Provinsi Aceh pada 19 Mei mendatang di Museum Tsunami Banda Aceh.

Kegiatan pemilihan Putri Kopi Gayo diadakan Forum Abang Aka Takengon (FAKAT) yang didukung sejumlah pihak. Sebanyak 20 peserta dari tiga wilayah tengah yakni Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues ikut meramaikan kompetisi puteri kopi. Acara puncak pemilihan Putri Kopi Gayo 2012 berlangsung di Hotel Bayu Hill, Rabu (9/5) malam.

Selama 4 hari para peserta dibina dan diharuskan menjawab sejumlah pertanyaan dari 5 dewan juri yang menyeleksi. Para dewan juri masing-masing Wahyuni, M.Psi (psikolog), Jamaluddin (syariat Islam), Elfitra,SST (pariwisata), Yuli Fitri Lia MPA (tentang kopi) dan Masna Manurung (umum).

Acara pemilihan Putri Kopi Gayo dibuka Pj bupati diwakili Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Aceh Tengah, M Hasan Saleh, dihadiri antara lain Kapolres AKBP Dicky Sondani, jajaran IOM Sega, Ketua Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (KMPKG) Drs Mustafa Ali dan sejumlah pengusaha dan pemerhati kopi.

Mustafa Ali menyebutkan, kopi asal Gayo cukup terkenal di dunia karena memiliki aroma dan kenikmatan yang khas. Ke depan pembeli kopi Gayo akan langsung turun ke daerah sehingga akan menguntungkan petani kopi.

Menyangkut kegiatan pemilihan Putri Kopi Gayo, menurut Mustafa Ali merupakan bentuk kreatifitas yang bagus dan perlu mendapat dukungan semua pihak.(jd)
sumber: analisadaily.com

Empat Masalah Ganjal Kopi Gayo Kuasai Pasar


MedanBisnis – Takengen. Ekspor kopi Gayo cukup banyak. Tercatat untuk negara tujuan di Amerika dan Eropa volumenya mencapai 50.000 ton per tahun. Kopi tersebut berasal dari kawasan pertanian di dataran tinggi Gayo yang digarap lebih dari 62.000 kepala keluarga (KK) di lahan seluas 87.000 hektare.
Meskipun demikian, pasaran dan produksi kopi Gayo bukan tidak mengalami kendala, setidaknya ada empat permasalahan utama seperti masih kurangnya tujuan negara ekspor, kurang modal, kurang promosi dan hasil produksi yang tidak stabil.

“Selama ini, kopi Gayo diekspor dari Medan, Sumatera Utara, ke beberapa negara tujuan dengan beberapa nama seperti kopi Mandailing Sumatera Utara dan sebahagian kopi Sidikalang, dengan tidak mencantumkan kata Gayo, meski sebahagian besar kopi ekspor tersebut berasal dari dataran tinggi Gayo yakni Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues,” kata Ketua Asosiasi Produser Fair Trade Indonesia (APFI), Mustawalad, kepada MedanBisnis baru-baru ini.

Dengan adanya sertifikat Indeks Geografis (IG) yang telah diperoleh, katanya, seharusnya pengusaha atau eksportir mencantumkan nama Daerah Gayo.

Kedua, tentang keberlanjutan produksi, dijelaskannya, dengan adanya perubahan iklim sangat menentukan produksi kopi. Ketidakstabilan hasil produksi kopi dari petani pada masa panen bisa mempengaruhi harga jual di tingkat lokal maupun international.  Disarankan, perlu adanya penelitian untuk menemukan varietas baru kopi, sehingga produksi kopi bisa stabil dan petani lebih diuntungkan.

“Rata-rata produksi kopi per tahun 700 kg per hektare, namun diyakini masih bisa ditingkatkan apabila ada perhatian khusus terhadap pertanian kopi ini,” ujarnya.

Permasalahan lain, mengenai perluasan pasar. Meski kopi arabika Gayo sudah dikenal, namun pasaran kopi jenis ini masih sangat potesial bila juga dipasarkan ke beberapa negara Asia. Saat ini ekspor kopi Gayo masih didominasi ke Amerika Serikat dan sebahagian negara Eropa. “Kalau pasaran kopi bisa ke seluruh Asia, maka akan meningkatkan kesejahteraan petani kopi di Gayo,” ujar Mustawalad.

Terakhir terkait kendala pendanaan, butuh bantuan perbankan untuk mendongkrak penjualan kopi ke level international.

“Berbicara tentang kopi, maka butuh modal yang besar. Saat ini pengumpulan kopi ke eksportir oleh pedagang, lebih banyak dilakukan dengan sistem koperasi.  Untuk itu masih dibutuhkan bantuan dari perbankan, karena modal usaha kopi ini sangat besar sedangkan sistem bank harus ada agunan seperti sertifikat kepemilikan hak tanah,” ucapnya.

Ditambahkan Mustawalad, produksi kopi arabika Gayo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan beberapa negara produsen kopi. Saat buah kopi merah, dalam satu tangkai (ranting) di waktu bersamaan bisa tumbuh bunga kopi yang akan menjadi cikal bakal buah. Hal  ini karena panen kopi di Gayo sangat tradisional, menggunkan petik tangan, sedangkan di negara Eropa sudah modern yaitu mengunakan mesin sehingga buah merah maupun hijau sekalian terpetik. (ck09)

Peminum Kopi Cenderung Lebih Sukses?


SERAMBINEWS.COM - Kopi selalu menjadi teman kita untuk mengawali hari, atau daya berpikir kita mulai "meredup" di sore hari. Bila Anda termasuk orang yang selalu mengandalkan kopi untuk teman saat bekerja, coba baca hasil survei dari Nespresso ini. Kebiasaan ngopi ternyata bisa menunjukkan seberapa tingkat kesuksesan kita di tempat kerja.

Perusahaan pembuat mesin kopi ini sebelumnya melakukan survei terhadap 2.000 kalangan profesional di Inggris. Survei mengungkapkan beberapa fakta menarik seputar kebiasaan minum kopi. Lebih dari tiga perempat responden (77 persen) yang merupakan manajer golongan top dan senior ternyata lebih memilih kopi ketimbang teh saat bekerja. Orang-orang yang tergolong sangat ambisius (dengan tingkat ambisi 4 dan 5 dari skala 1-5) minum 1,5 cangkir kopi lebih banyak daripada yang dikategorikan kurang ambisius.

Namun alasan mereka memilih kopi ternyata tidak hanya itu. Kopi bagi mereka juga sangat berkaitan dengan status. Terbukti hampir separuh responden (45 persen) mengaku bahwa mereka menganggap kopi memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada teh.

Kemudian, responden diminta memilih deskripsi pekerjaan mereka yang disesuaikan dari 13 pilihan yang ada, dari managing director hingga supporting role seperti petugas keamanan atau office boy. Dari sini, responden dikelompokkan ke dalam Top Management, Senior Management, Middle Management, Junior Level, dan karyawan non-office. Pengelompokan ini ditujukan agar para peneliti dapat menentukan responden yang memiliki penghasilan tertinggi.

Terlihat, 78 persen dari responden dengan gaji yang tinggi mengakui bahwa kopi sudah menjadi kebutuhan bagi mereka, agar mereka merasa lebih "tune in" dan lebih produktif sepanjang hari. Mereka cenderung memilih kopi dengan citarasa yang kuat, seperti espresso atau macchiato. Kedua jenis kopi ini lebih dipilih oleh dua pertiga dari responden yang berada di top management, dan tiga perempat responden yang tergolong "ambisius", ketimbang jenis kopi latte (dengan tambahan susu) dan cappuccino dengan taburan cokelat. Sebaliknya, jenis kopi panas dengan campuran susu lebih jadi favorit responden yang tergolong "kurang ambisius".

Nah, sekarang Anda mungkin tahu alasannya, mengapa meskipun sudah minum lima cangkir kopi sehari tetapi tidak naik-naik pangkat juga. Mungkin Anda terlalu banyak menambahkan susu ke dalam kopi Anda....
Sumber: Huffington

CI Buat Film Budidaya Kopi

BANDA ACEH - Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) bekerjasama dengan Conservation International (CI) sedang membuat film tentang budidaya kopi yang ramah lingkungan. Film berdurasi 30 menit mengambil lokasi syuting di kebun-kebun percontohan di Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Ketua MPKG, Drs Mustafa Ali, Rabu (30/5) mengatakan, film itu berisi materi perawatan kopi Arabika Gayo Organik sesuai standar Indikasi Geografis (IG). Film itu nantinya dibagikan kepada petani kopi di lima kecamatan di Aceh Tengah, yakni Ketol, Celala, Rusip Antara, Jagong Jeget, dan Pegasing. Lima kecamatan ini merupakan sentra penghasil kopi Arabika Gayo Organik.

Sejak 2011, kata Mustafa, pihaknya sudah memantau sistem budidaya tanaman kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah. Sesuai aturan dan syarat IG, budidaya tanaman kopi di dataran tinggi Gayo tidak menggunakan bahan-bahan kimiawi yang dapat merusak lingkungan. Mulai dari pemilihan bibit, perawatan, pola tanam, pemupukan, pemangkasan, pembuatan pupuk organik, pemetikan hasil, hingga perawatan biji kopi paska panen.

Saat ini, katanya lagi, jumlah petani kopi Arabika Gayo di Aceh Tengah tercata 33.000 kepala keluarga (KK), dengan luas areal 48.000 hektare. Sedangkan di Bener Meriah 4.000 KK dengan luas areal 39.000 hektare.

Sebagian besar petani kopi masih menggunakan bahan-bahan kimia untuk merawat tanaman kopi. Sementara areal tanaman kopi yang masuk peta kawasan IG di Aceh Tengah dan Bener Meriah tidak dibolehkan menggunakan bahan-bahan kimia.

Dua tahun lalu, Kopi Arabika Gayo meraih Sertifikat IG dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) Kementerian Hukum dan HAM, 27 Mei 2010. “Dengan adanya film teknik budidaya kopi yang akrab lingkungan itu, akan menjaga pola budidaya kopi yang sesuai dengan syarat-syarat IG,” ujar Mustafa didampingi Direktur Koperasi Baitul Qiradh (KBQ) Baburrayan, Rizwan Husin.(min)  

Editor : bakri
sumber: aceh.tribunnews.com

Korea Uji Cita Rasa Kopi Gayo


TAKENGON - Sejumlah warga Korea Selatan melakukan penjajakan terhadap cita rasa kopi arabika Gayo dalam  beberapa hari terakhir ini. Mereka merupakan para Q-Grader (penguji) yang diutus sejumlah buyer (pembeli) dari negaranya untuk menguji angsung cita rasa kopi Gayo.

Selain melakukan cupping test (uji citarasa) mereka juga melihat secara langsung perkebunan kopi di dataran tinggi Gayo itu. “Kedatangan mereka kemari, khusus untuk melakukan cupping test beberapa jenis kopi arabika gayo dan sebagian di antaranya utusan dari para buyer di Korea,” kata Sekjen Asosiasi Kupi Luwak Gayo (AKLG) Zamzam Mubarak, Rabu (5/7) ketika mendampingi sejumlah warga negara Korea di salah satu gudang eskportir kopi di Bebesen, Takengon. 

Dikatakan, warga Korea ini melakukan uji langsung dari 20 lokasi di Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan jenis kopi arabika Gayo, luwak Pantan Musara, Luwak liar Gayo (wild luwak) dan beberapa jenis lainnya. “Mereka berencana untuk membeli,” kata Sekjen AKLG ini.

Menurutnya, para Q-Grader ini hanya melihat barang jadi yang masuk ke Korea Selatan, namun belum pernah melihat secara langsung kebun maupun proses pengolahan kopi di dataran tinggi Gayo. “Target lain yang kita harapkan dari kunjungan ini, bisa menarik warga negara lain di Asia, untuk mengunjungi Gayo. tentunya dalam hal agrowisata kopi Gayo yang memang sudah mendunia,” harap Zamzam Mubarak.(c35)  

Editor : bakri
Sumber: http://aceh.tribunnews.com

Kopi Gayo Termahal di Dunia

* Dalam Pameran Kopi di Oregon, AS

TAKENGON - Kopi asal dataran tinggi Gayo, jenis arabika menjadi kopi termahal di dunia pada 2011 lalu, mengalahkan produsen terbesar dunia, Brazil. Hal itu terungkap dalam pameran kopi dunia yang diselenggarakan organisasi Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Portland, Oregon Convention Center, Amerika Serikat.

Perhelatan akbar itu diikuti produsen kopi dan ikutannya dari seluruh dunia, khususnya dari kawasan tropis, seperti Amerika Latin, benua hitam Afrika dan Asia. Para pengurus koperasi bidang perkopian Aceh Tengah dan Bener Meriah ikut meramaikan pameran kopi tersebut selama empat hari, 19 sampai 22 April 2012.

Ketua Forum Fair Trade Asia Pasifik, Mustawalad yang mengikuti pameran kopi di Oregon kepada Serambi Selasa (8/5) di Takengon mengatakan harga kopi Gayo merupakan yang termahal di AS, sehingga posisi pasar turun dari empat pada 2010 menjadi lima pada 2011.

“Meski peringkat kopi Gayo turun di pasar Amerika Serikat, namun jumlah yang dipasarkan meningkat 11 persen,” jelasnya. Dia menyebutkan, kopi Brazil atau Kolombia asal Amerika Latin hampir setengah harga dari kopi Gayo. Kopi Amerika Latin dibandrol 3,5 sampai 4 dolar AS/kg atau sekitar Rp 32.000 sampai Rp 37.000/kg.

Sedangkan kopi arabika Gayo 7,2 sampai 8 dolar AS/kg atau sekitar Rp 67.000 sampai Rp 74.000/kg. Dia menilai, kopi Gayo memiliki cita rasa khas dibandingkan dari negara lain, sehingga harganya lebih mahal. “Kopi Gayo merupakan kopi khusus (specialty) dengan skor cupping test di atas 80,” jelasnya.

Selain itu, sejumlah produsen kopi Gayo juga mendapat kontrak baru dari pembeli Amerika yang diperoleh saat ikut pameran di Oregon. “Koperasi asal Aceh Tengah dan Bener Meriah yang ikut dalam pameran itu, masing-masing membawa lima sampel bersertifikat Fair Trade dan Organik,” ujar Mustawalad.

Pameran SCAA yang bertujuan menjaga hubungan dengan pembeli di Amerika Serikat, sebagai penikmat kopi Gayo terbesar selain mendapatkan pembeli baru serta perkembangan kopi dunia, seperti mesin pengolahan hingga paking. “Dalam pameran itu, ada sekitar 350 stand dengan jumlah eksebitor (peserta) pameran sebanyak 775 peserta dari berbagai negara penghasil kopi,” pungkas Mustawalad.(c35)

Sumber: http://aceh.tribunnews.com

Thursday, June 28, 2012

Jelang Masa Panen, Harga Kopi Gayo Merosot

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga kopi menurut informasi dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), harga kopi di Bandar Lampung pada akhir pekan lalu, menurun Rp.1.937 atau turun 9,9 persen menjadi Rp 17.600 per kilogram. Sekedar informasi harga sehari sebelumnya diperdagangkan pada Rp 19.537.

Jika dibandingkan dengan harga kopi di awal tahun, harga Kopi di Bandar Lampung turun Rp.1.485/kilogram atau turun 7.7 persen.
Sementara itu harga jual kopi Gayo, produk perkebunan andalan di Provinsi Aceh di tingkat petani dan pedagang kecil di dalam sebulan terakhir mengalami penurunan Rp 2.000 per kilogram. Hal ini diduga akibat permainan harga yang dilakukan para pedagang besar untuk menekan harga kopi petani.

Harga kopi arabika Gayo dalam bentuk gabah (sudah terkupas kulit luarnya), kini Rp 21.000 sampai Rp 22.000 dari semula Rp 24.000 sampai Rp 25.000 per kilogram di tingkat petani. Untuk kopi Gayo dalam bentuk gelondongan seharga Rp 8.000 atau turun dari semula Rp 10.000 per kilogram.

“Dari segi harga saat ini sangat merugikan petani karena cenderung turun padahal panen sudah hampir usai. Pedagang besar tak banyak melakukan pembelian dan menunggu sampai petani menurunkan harga terendah,” analisis Bappebti dalam Informasi Pasar Komoditi Domestik dan Internasional, Senin (25/6/2012).

Permaianan harga seperti ini diduga selalu terjadi saat musim panen kopi gayo. Kontrol harga oleh pedagang-pedagang besar, rantai perdagangan yang panjang, serta lemahnya daya tawar petani membuat harga mudah sekali jatuh di tingkat petani.
NASIONAL TERBARU

Biji Kopi Bisa Jadi Agunan ke Bank

TRIBUNNEWS.COM, REDELONG - Kopi berkualitas tinggi, jenis Arabika Gayo sudah dapat dijadikan agunan ke bank, tetapi harus memenuhi sejumlah persyaratan. Di antaranya, memiliki resi gudang kopi yakni dokumen kepemilikan kopi yang dikeluarkan pemilik gudang dengan nilai 70 persen dari total harga jual.

Saat ini, sistem resi gudang (SRG) kopi Arabika Gayo mulai berjalan di Kabupaten Bener Meriah, sehingga sudah dapat dimanfaatkan oleh para petani, koperasi atau kelompok tani untuk menyimpan kopinya. Tetapi, harus melewati beberapa tahapan, seperti cupping test di atas 75, grade 1 dengan trace 8.

Untuk masa penyimpanan, maksimum selama tiga bulan dan dapat diperpanjang, jika jumlah kopi yang disimpan mencapai satu ton dengan biaya penyimpanan Rp 250 kg/bulan. Demikian dijelaskan Warehouse System Specialist IOM-SEGA Takengon Idrajit, didampingi Liasion Officer IOM-SEGA, Nurdin Ali kepada Serambi Indonesia (Tribunnews Network)  di Puskud Aceh, Pante Raya, Bener Meriah.

Nurdin menjelaskan sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi kelompok tani, koperasi dan pedagang menengah untuk dapat mengakses modal ke bank dengan jaminan kopi Arabika Gayo. “Sudah ada yang mulai menjalankan sistem resi gudang kopi ini di Bener Meriah,” ungkapnya.

Dia menyebutkan, kegiatan itu didanai Multi Donor Fund (MDF) dengan pelaksana IOM dan telah menjadi sub proyek dari Ketahanan Pertumbuhan Perekonomian Aceh (SEGA) di bawah proyek EEDF. Nurdin menyatakan setiap petani kopi dapat memanfaatkan resi gudang untuk menyimpan kopi, sekaligus sebagai agunan ke bank, selain dapat dijual secara online.

“Bukan gudangnya yang menjadi jaminan, tetapi kopi milik koperasi, kelompok tani atau masyarakat yang menyimpan kopi arabika di gudang. Kemudian, diberikan resi atau dokumen kepemilikan jumlah kopi yang disimpan,” jelasnya. “Dokumen dari resi gudang inilah yang dapat dijadikan sebagai agunan ke bank,” tambahnya.

Sedangkan jumlah pinjaman yang dapat dicairkan bank, sebesar 70 persen dari harga kopi yang disimpan di resi gudang. Dia mencontohkan, jika seorang petani kopi memiliki asset kopi Rp 100 juta di resi gudang, maka bank dapat memberi pinjaman sebesar Rp 70 juta. Nurdin memberi garansi, suku bunga yang ditawarkan bank hanya 6 persen atau 0,5 persen per bulan setelah melalui seluruh persyaratan yang ditetapkan bank.

Sementara, Indrajit mengungkapkan sistem resi gudang telah dibangun oleh PT Succofindo. Perusahaan ini, sebutnya, memiliki tanggungjawab dalam proses penyimpanan, pemeliharaan dan pengawasan barang yang disimpan pemilik barang, sekaligus yang berhak mengeluarkan dokumen resi gudang untuk petani kopi.

Indrajit menjelaskan perusahaan itu telah terakreditasi serta memiliki izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPETI). “Untuk pengujian mutu barang dilakukan oleh Balai Pengujian Standart Mutu Barang (BPSMB) bekerja sama dengan cupper dari daerah dibawah MPKG,” kata Indrajit.

Dia mengungkapkan proyek pertama di Indonesia ini untuk membantu kesejahteraan para petani kopi di Bener Meriah dan Aceh Tengah, khususnya kelompok tani, koperasi, bahkan pedagang. “Kami berharap, semua pihak dapat mendukung sistem resi gudang Arabika Gayo ini, sehingga bisa berjalan dan bermanfaat bagi masyarakat daerah ini,” harapnya.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom  |  Sumber: Serambi Indonesia

Dua Gelas Kopi Sehari Bikin Jantung Sehat

Bagi pecinta kopi, penelitian ini bisa jadi kabar gembira tentang manfaat lain dari mengkonsumsi kopi. Menurut sebuah studi, mengkonsumsi dua gelas kopi sehari bisa mengurangi risiko penyakit payah jantung (heart failure). Namun, tentu saja jangan berlebihan.

Studi terbaru yang dilakukan peneliti dari Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, Amerika, menemukan bahwa minum kopi secara teratur dengan jumlah yang moderat dapat memotong peluang terjadinya kerusakan jantung. Sebaliknya, dalam jumlah yang terlalu banyak, mengkonsumsi kopi justru kontraproduktif bagi kesehatan jantung.

Penelitian yang melibatkan hampir 150 ribu laki-laki dan perempuan ini menunjukkan bahwa mereka yang mengkonsumsi satu atau dua gelas kopi sehari 11 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terkena payah jantung dibanding mereka yang tidak mengkonsumsi kopi. Bahkan, pasien serangan jantung memperoleh manfaat yang sama dengan mereka yang punya jantung sehat.

Namun, mengkonsumsi kopi secara berlebihan patut diwaspadai. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation Heart Failure ini menjelaskan lima gelas kopi atau lebih dalam sehari bisa berdampak buruk untuk jantung. "Sebagaimana hal lainnya, jumlah yang moderat terlihat menjadi kunci dalam penelitian ini," kata Murray Mittleman, peneliti dari Beth Israel Deaconess Medical Center.

Meskipun demikian, peneliti tidak yakin tentang alasan mengapa kopi bisa mengurangi peluang terjadinya payah jantung. Mereka hanya menduga hal itu terjadi lantaran kopi mengurangi kemungkinan tekanan darah tinggi dan diabetes--dua penyakit yang meningkatkan terjadinya payah jantung.

Seperti diketahui, hingga 40 persen dari pasien payah jantung meninggal dalam waktu satu tahun setelah diagnosis. Payah jantung memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih buruk dibanding kanker.

"Ini berita bagus buat peminum kopi," kata kolegas Murray, Elizabeth Mostofsky, mengomentari hasil penelitian.

DAILYMAIL | AMIRULLAH

Wednesday, May 02, 2012

Petani Kopi Gayo Mendapat Premium Sosial Rp173 Miliar

Metrotvnews.com, Bener Meriah: Petani kopi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, Aceh, akan mendapat dana premium sosial dari Fair Trade senilai Rp173 miliar pada tahun ini. Premium sosial itu diperoleh setelah penjualan kopi Gayo mencapai target yang ditetapkan perdagangan dunia.

Dari jumlah dana premium sosial itu, 25 persen dialokasikan untuk peningkatan produksi dan penyelamatan lingkungan, serta tujuh persen untuk petani. Saat ini data dari Dinas Perkebunan Pemkab Bener Meriah, jumlah petani Fair Trade 25.438 orang dengan luas lahan 29.183 hektare. Estimasi produksi 43.775.865 kilogram diperkirakan selama 2012.

Direktur Jenderal Kementerian Pertanian Jamil Musanif saat panen raya kopi Gayo, Senin kemarin, mengatakan, sasaran Deptan terhadap petani kopi Gayo mencapai 4.000 dolar perkapita guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Gayo, khususnya Bener Meriah.

Jamil juga mengakui dari segi potensi dan prospek, kopi Gayo sangat terbuka lebar di pasar dunia. Selain disukai, menurut Fair Trade Amerika, kopi Gayo masuk salah satu kopi termahal di dunia.

Saat ini dari lebih 47.000 hektare lahan kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah, sebanyak 90 persen atau hampir Rp1,3 triliun dihasilkan dari produksi kopi nasional.(Jamin Damanik/DSY)

Bupati Buka Festival Kopi Gayo

REDELONG - Festival Internasional Panen Raya Kopi Gayo (Coffee Harvest International Festival Regency Gayo Highlands) hari ini, Sabtu (28/4) mulai digelar di Bener Meriah. Pj Bupati Bener Meriah, T Islah membuka secara resmi di Pendopo Bupati Bener Meriah, dilanjutkan penyerahan bibit kopi serta seminar.

Direncanakan, peserta dari dalam dan luar negeri akan ikut serta, selain sejumlah elemen masyarakat daerah paling barat Indonesia ini. Seperti, empat pejabat dari kementerian, beberapa bupati penghasil kopi, juga pengusaha dari kawasan Asia, Australia, Jepang, Korea, dan Amerika Serikat. Untuk lokal, diikuti perwakilan Pemerintah Provinsi Aceh, para pengusaha eksportir kopi, kelompok tani, paguyuban pengusaha kopi, termasuk para akademisi dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Aceh. Namun sampai kemarin sore, pihak panitia belum memastikan pejabat atau negara yang akan hadir.

“Sampai sore ini (kemarin-red), belum ada informasi tentang jadi atau tidaknya menteri hadir dalam acara ini, tetapi yang jelas Dirjen Pertanian akan datang,” ujar T Islah kepada Serambi Jumat (27/4). Dia menjelaskan, seluruh persiapan telah rampung dan diharapkan berjalan baik. “Kita tinggal menunggu, siapa saja yang akan datang pada acara ini,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia, Ir H Tagore Abubakar, menyebutkan kegiatan ini merupakan salah satu ajang promosi potensi daerah. Dia menilai, kehadiran para tokoh nasional, penentu kebijakan dan pengusaha luar negeri akan memberi nilai tambah untuk meningkatkan perekonomian para petani kopi daerah ini.

“Kita juga ingin menunjukan kepada masyarakat, baik konsumen mancanegara maupun para petani di dataran tinggi Gayo bahwa kopi Gayo dengan varietas arabika merupakan kopi terbaik di dunia karena memiliki cita rasa yang khas dan telah menjadi primadona masyarakat dunia,” demikian diungkapkan Ir H Tagore Abubakar yang juga mantan Bupati Bener Meriah itu.(c35)

agenda kegiatan

* Sabtu (28/4)
- Pembukaan di pendopo bupati
- Cupping test produk unggulan
- Seminar

* Minggu (29/4)
- Panen raya kopi gayo di Kampung Batin Baru, Kecamatan Bandar
- Melihat lokasi pembibitan
- Meninjau prosesing kopi
- Temu ramah dengan petani kopi
- Melihat resi gudang di Pante Raya, Kecamatan Wih Pesam.

Editor : hasyim
aceh.tribunnews.com

Warga Lima Negara Panen Kopi Gayo

REDELONG - Acara puncak Festival Internasional Panen Raya Kopi Gayo berlangsung Minggu (29/4) di Kampung Batin Baru, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah. Acara tersebut ditandai dengan keikutsertaan seluruh peserta termasuk perwakilan dari lima negara (calon pembeli atau buyer) melakukan panen kopi.

Calon buyer yang ikut panen kopi gayo tersebut berasal dari Afrika Selatan, Korea, Cina, Taiwan, dan Singapura. Selain warga negara asing ikut memetik kopi, juga beberapa pejabat negara yang datang dari Jakarta. Lokasi panen di kebun warga Kampung Batin Baru.

sejumlah warga negara asing yang mengikuti Festival Internasional Panen Raya Kopi Gayo, mengakui Kabupaten Bener Meriah bukan hanya memiliki potensi komoditi kopi yang sudah dikenal di seluruh dunia namun juga memiliki alam yang cukup indah.

Managing Director Imex Corporation LTD yang bermarkas di Korea Selatan, Eugene Song mengatakan, kopi gayo memiliki cita rasa paling baik. “Bahkan paling baik di dunia,” katanya dalam bahasa Inggris.

Pendapat serupa juga disampaikan Paul, asal Afrika Selatan. “Inilah sebenarnya kopi organik tanpa menggunakan pupuk kimia. Kopi seperti ini yang sangat dicari di pasaran dunia,” timpal Paul.

Festival Internasional Panen Raya Kopi Gayo di Bener Meriah berlangsung dua hari dirangkai dengan sejumlah acara. Acara tersebut dibuka Deputi Menteri BUMN, Dr Parikesit Suprapto, Sabtu (28/4). Rangkaian acaranya antara lain cupping tes kopi, pameran produk lokal, seminar, dan lain-lain. Pada hari kedua kemarin dilakukan peresmian resi gudang di Puskud Pante Raya.(c35)

Editor : bakri
sumber: aceh.tribunnews.com

Petani Masih Miskin

BERBAGAI kalangan termasuk pihak panitia pelaksana Festival Internasional Panen Raya Kopi Gayo mengakui keunggulan kopi yang dihasilkan dari dataran tinggi gayo tersebut. Namun, ironisnya, di tengah semakin terkenalnya kopi gayo, ternyata petaninya masih hidup miskin.

“Kami berharap dengan adanya festival ini dapat membantu para petani mengenalkan kopinya guna mencapai pemasaran yang baik serta meningkatkan pendapatan melalui perdagangan kopi arabika gayo organik,” kata panitia pelaksana, Gazali Hansen.

Gazali Hansen menyebutkan, kopi arabika gayo, telah dikenal di dunia namun para petaninya masih miskin karena adanya tekanan dari luar. Masih menurut Ghazali, melalui kegiatan ini juga akan dicarikan solusi pemecahan permasalahan yang dihadapi petani.(c35)

Editor : bakri

Sumber: aceh.tribunnews.com

Sudah 25 Orang Daftarkan Diri Ikut Pemilihan “Putri Kopi Gayo”

Takengon | Lintas Gayo – Menjelang hari pelaksanaan audisi Putri Kopi (Miss Coffee-red) Gayo tahun 2012 untuk wilayah Tengah (Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues), yang akan dilaksanakan pada, Minggu (06/05/2012), Forum Aka Abang Takengon (Fakat) dipercayakan sebagai pelaksana kegiatan ini.

Ketua pelaksana kegiatan ini, Fahriel Firnanda, Senin (30/04/2012) mengatakan, pihaknya telah siap menggelar audisi Putri Kopi untuk wilayah tengah.

“Hingga saat ini tidak ada halangan yang melintang untuk mensukseskan acara ini, sejauh ini panitia telah siap melaksanakannya, baik dari segi teknis dan tempatnya”, kata Fahriel.

Ditambahkannya, peserta yang mendaftar sementara ini sebanyak 25 orang, dengan rincian 15 orang peserta dari Kabupaten Aceh Tengah, 5 peserta dari Bener Meriah dan 5 peserta dari Gayo Lues, dan panitia masih membuka pendaftaran hingga tanggal 5 Mei 2012 mendatang, rinci Fahriel.

Dilanjutkannya, para peserta audisi pemilihan putri kopi ini akan dikarantina sebelum diselenggarakannya acara puncak pada tanggal 9 Mei 2012 mendatang di hotel Bayu Hill Takengon.

“Sebelum acara puncak, peserta kita karantina, diberi pembekalan selama dua hari di hotel Bunda Takengon”, terang Fahriel.

Untuk pemenang audisi nantinya akan diberikan hadiah berupa bingkisan dan uang pembinaan serta berhak mengikuti pemilihan putri kopi tingkat Provinsi Aceh pada 19 Mei 2012 di Museum Tsunami Banda Aceh yang akan dilaksanakan oleh Aceh Multivision.

“Hingga saat ini kami belum menerima informasi, berapa peserta dari yang dikirim untuk mewakili wilayah tengah ke tingkat Provinsi Aceh, kemungkinan 2 atau 3 peserta terbaik yang akan kita kirim”, kata Fahriel seraya menegaskan jika di Tanoh Gayo even ini disebut Putri Kopi dan untuk tingkat Provinsi, Nasional dan dunia, ajang ini disebut sebagai pemilihan Miss Coffee.

Seperti diberitakan sebelumnya, pemilihan Putri Kopi (Miss Coffee-red) bertujuan untuk mempromosikan produk unggulan Indonesia ke belahan dunia. Salah satu produk unggulan itu adalah kopi.

Indonesia merupakan negeri penghasil kopi terbesar di dunia. Oleh karena itu guna memupuk kecintaan terhadap produksi, memajukan, mempromosikan, meningkatkan citra dan ekspor kopi Indonesia di kancah dunia, Asosiasi Duta Indonesia (ADI) menggelar kontes Miss Coffee Indonesia 2012. Kompetisi yang dihelat ini juga bertujuan menguatkan pencanangan agrowisata di Indonesia. (Darmawan Masri/red.03)

Sumber: www.lintasgayo.com

Wednesday, April 18, 2012

Produsen Kopi Gayo Ikut Pameran di AS

MedanBisnis – Redelong. Koperasi dari dataran tinggi Gayo akan mengikuti pameran kopi terbesar di dunia yang diadakan Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Oregon Convention Center, Portland, Oregon, Amerika Serikat (AS). Pameran diadakan selama tiga hari, mulai tanggal 19 hingga 21 April 2012.
Untuk tahun 2012 ini, yang ikut langsung dalam pameran tersebut adalah Iwan Rahmat dari APKO, Shalat dan Aulian dari GLOC, serta Armiya dari Permata Gayo. Sementara utusan dari Asosiasi Producers Fair Trade Indonesia dan Forum Kopi Fair Trade Asia Pasifik adalah Mustawalad yang menjabat ketua organisasi tersebut.

"Agenda SCAA adalah pelaksanaan pameran kopi dan pameran peralatan yang berhubungan dengan kopi, simposium dan barista," jelas Mustawalad, Senin (16/4).

Dia menambahkan, pameran kopi terbesar ini juga akan dihadiri eksportir kopi Gayo seperti CV Ujang Jaya, GLOC dan Permata Gayo.

Produser kopi dari Gayo akan membuka dua booth (stand), yakni stand untuk pasar internasional dan stand untuk pasar AS. Pasar AS dibantu Fair Trade USA yang akan dikoordinir Armiya dan tiga koperasi yaitu APKO, GLOC serta Permata Gayo.

"Dan untuk pasar yang lebih luas seperti Eropa, Asia dan Amerika sendiri, stand kopi Gayo bersama Fair Trade International, dimana lokasi kedua stand tersebut tidak terlalu berjauhan," tambah Mustawalad.

Dijelaskan lagi, sampel untuk kebutuhan pameran ini berasal dari koperasi-koperasi yang telah memiliki sertifikat fair trade dan organik. Koperasi di Aceh Tengah dan Bener Meriah yang memiliki sertifikat tersebut yakni Koperasi Ketiara, Adil Wiladah Mabrur, Kopi Gayo Organik (KKGO), Bies Utama, Sara Ate, Arinagata, Askogo, Tunas Indah, Asosiasi Petani Kopi Organik (APKO), Gayo Linge Organic Coffee (GLOC), Gayo Mandiri dan koperasi Permata Gayo.

"Bagi produser kopi Gayo, ini merupakan kesempatan yang sangat penting karena Amerika merupakan pasar utama kopi Gayo. Pada tahun 2010 kopi Gayo yang bersertifikat fair trade dan organik menempati urutan kopi keempat yang dijual di pasar Amerika," jelas Mustawalad.

Dalam pameran kopi ini, petani atau produser kopi dapat bertatap muka langsung dengan penikmat kopi, yakni mereka yang sebelumnya telah membeli kopi dari importir di AS. "Harapan kita adalah, ini dapat membuka lebih luas akses pasar untuk kopi Gayo baik itu di Amerika Serikat dan negara Eropa serta pasar baru di Asia," imbuh Mustawalad.

Setelah selesainya acara pameran, nantinya beberapa perwakilan koperasi akan melanjutkan lawatannya ke kanada serta beberapa negara Eropa seperti Swiss, guna menjajaki pemasaran kopi Gayo. (ck 09/www.medanbisnisdaily.com)

Produsen Kopi Gayo Ikut Pameran di AS

MedanBisnis – Redelong. Koperasi dari dataran tinggi Gayo akan mengikuti pameran kopi terbesar di dunia yang diadakan Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Oregon Convention Center, Portland, Oregon, Amerika Serikat (AS). Pameran diadakan selama tiga hari, mulai tanggal 19 hingga 21 April 2012.
Untuk tahun 2012 ini, yang ikut langsung dalam pameran tersebut adalah Iwan Rahmat dari APKO, Shalat dan Aulian dari GLOC, serta Armiya dari Permata Gayo. Sementara utusan dari Asosiasi Producers Fair Trade Indonesia dan Forum Kopi Fair Trade Asia Pasifik adalah Mustawalad yang menjabat ketua organisasi tersebut.

"Agenda SCAA adalah pelaksanaan pameran kopi dan pameran peralatan yang berhubungan dengan kopi, simposium dan barista," jelas Mustawalad, Senin (16/4).

Dia menambahkan, pameran kopi terbesar ini juga akan dihadiri eksportir kopi Gayo seperti CV Ujang Jaya, GLOC dan Permata Gayo.

Produser kopi dari Gayo akan membuka dua booth (stand), yakni stand untuk pasar internasional dan stand untuk pasar AS. Pasar AS dibantu Fair Trade USA yang akan dikoordinir Armiya dan tiga koperasi yaitu APKO, GLOC serta Permata Gayo.

"Dan untuk pasar yang lebih luas seperti Eropa, Asia dan Amerika sendiri, stand kopi Gayo bersama Fair Trade International, dimana lokasi kedua stand tersebut tidak terlalu berjauhan," tambah Mustawalad.

Dijelaskan lagi, sampel untuk kebutuhan pameran ini berasal dari koperasi-koperasi yang telah memiliki sertifikat fair trade dan organik. Koperasi di Aceh Tengah dan Bener Meriah yang memiliki sertifikat tersebut yakni Koperasi Ketiara, Adil Wiladah Mabrur, Kopi Gayo Organik (KKGO), Bies Utama, Sara Ate, Arinagata, Askogo, Tunas Indah, Asosiasi Petani Kopi Organik (APKO), Gayo Linge Organic Coffee (GLOC), Gayo Mandiri dan koperasi Permata Gayo.

"Bagi produser kopi Gayo, ini merupakan kesempatan yang sangat penting karena Amerika merupakan pasar utama kopi Gayo. Pada tahun 2010 kopi Gayo yang bersertifikat fair trade dan organik menempati urutan kopi keempat yang dijual di pasar Amerika," jelas Mustawalad.

Dalam pameran kopi ini, petani atau produser kopi dapat bertatap muka langsung dengan penikmat kopi, yakni mereka yang sebelumnya telah membeli kopi dari importir di AS. "Harapan kita adalah, ini dapat membuka lebih luas akses pasar untuk kopi Gayo baik itu di Amerika Serikat dan negara Eropa serta pasar baru di Asia," imbuh Mustawalad.

Setelah selesainya acara pameran, nantinya beberapa perwakilan koperasi akan melanjutkan lawatannya ke kanada serta beberapa negara Eropa seperti Swiss, guna menjajaki pemasaran kopi Gayo. (ck 09/www.medanbisnisdaily.com)

Wednesday, April 04, 2012

Kepribadian dan Kopi Favoritnya

Oleh : Erika Paula

Dari jenis kopi yang disukai seseorang terletak pula ciri kepribadiannya. Apa dan bagaimana kopi menceritakan karakter peminumnya?

1. Kopi instan
Di mana-mana banyak dijual kopi instan. Yang dibutuhkan hanyalah air panas untuk menyeduhnya, aduk, langsung minum. Ada yang sudah dicampur susu, ada pula kopi murni. Penggemar jenis kopi ini biasanya ingin segala sesuatu cepat dan segera, tanpa perlu bersusah payah. Kadang mengorbankan kualitas demi mengejar waktu. Bisa jadi, perempuan pertama yang disukainya langsung "ditembak" untuk jadi pacar meski baru kenal seminggu.

2. Kopi non-kafein
Semua orang tahu, kopi mengandung kafein yang bisa membahayakan kesehatan, tetapi sering kali disangkal oleh para kopi mania. Bagi yang suka aroma kopi tapi takut akan kafeinnya, ada sejenis minuman yang disebut kopi non-kafein (decaf). Penggemar minuman ini sangat peduli pada masalah kesehatan. Sangat selektif memilih makanan atau minuman yang menyehatkan saja. Ia juga takut mengambil risiko yang bisa membahayakan dirinya.

3. Kopi giling
Ada yang suka minum kopi langsung dari biji kopi segar yang digiling. Di supermarket dan toko dijual jenis kopi segar ini. Namun, bila si dia punya alat giling kopi di rumahnya, berarti dia suka menggiling sendiri biji kopinya. Artinya, dia selalu ingin mengerjakan segala sesuatu sendiri, sangat mandiri, dan tidak tergantung pada siapa pun. Bisa pula diartikan, dia tidak mudah percaya pada orang lain.

4. Espresso
Jenis kopi ini sangat kuat dan sangat hitam karena dibuat langsung dari biji kopi dengan kadar air yang sangat sedikit. Disebut espresso karena cafe dan restoran menghidangkannya dalam waktu singkat di gelas kecil. Ini berkat teknologi mesin espresso dari Italia. Penggemar jenis kopi ini menyenangi pengalaman yang hebat, keras, dan penuh tantangan. Meski suka pada hal-hal berbahaya seperti mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Mereka juga biasanya sangat kreatif. Di sisi lain, mereka sangat penuntut, baik pada diri sendiri, maupun orang di sekitarnya.

5. Cappuccino
Cappuccino adalah espresso ditambah campuran susu, dihidangkan di gelas besar. Perpaduan kopi espresso dan susu menghasilkan warna coklat mirip pakaian para biarawan Capuchin, maka dinamakan cappucino. Penyuka jenis ini termasuk orang yang santai dalam menghadapi apa pun. Tidak mau diburu-buru, meski pada akhirnya segala sesuatu dapat dibereskannya. Hidup baginya seperti menikmati cappucino, ringan namun tetap nikmat.

6. Kopi campuran
Sekarang ini banyak kopi yang dicampur berbagai bahan sehingga menghasilkan aneka rasa. Ada kopi yang dicampur sirup karamel, ditambah bubuk kayu manis, atau ditambah moka. Penyuka jenis kopi ini tidak suka pada hal-hal yang dianggap wajar oleh banyak orang. Inginnya tampil dan berpikiran beda. Bersamanya, orang tidak pernah bosan, karena ia selalu menemukan hal-hal baru untuk dilakukan.

7. Kopi Irlandia
Ada satu jenis kopi yang sangat keras, yaitu kopi Irlandia (Irish coffee). Keras karena dicampur alkohol. Kopi dan alkohol punya efek bertentangan. Kopi membuat orang melek dan mengaktifkan kesadaran, sementara alkohol membuat pikiran tidak sadar. Penggemar minuman ini punya ide, pikiran, dan sifat yang kadang berseberangan. Dalam satu waktu, ia bisa terlihat gembira, dan sejenak kemudian murung.

8. Kopi tubruk
Bubuk kopi diseduh bersama ampasnya, kadang tanpa gula, dan diminum selagi ampasnya masih mengambang. Penggemar kopi ini suka segala sesuatu yang alamiah, dan tidak toleran pada kebohongan. Betapa pun pahitnya sebuah kebenaran, ia akan menerima.

Sumber: Majalah CHIC

Cara Nini Menginternasionalkan Kopi Gayo

Oleh: IHAN NURDIN

Bagi anda yang suka plesiran, barangkali pernah meneguk nikmatnya kopi di Hoka-hoka Bento di Merdeka Walk, Medan, atau harumnya kopi di Corner Coffee Jakarta. Bagi anda yang pernah mencicipinya barangkali akan terus terkenang akan kelezatan dan keharuman kopi bercitarasa tinggi itu. Tetapi, tahukah anda dari mana kopi nikmat itu berasal?

Adalah Nini, pengusaha kopi dari Bener Meriah yang telah mensuplai kopi-kopi berkualitas tinggi tersebut ke berbagai tempat di tanah air. Hampir di setiap pulau di Indonesia ia memiliki relasi bisnis yang membantunya memasarkan kopi Arabika produksinya.

Tak hanya Hoka-hoka Bento dan Corner Coffee, Nini juga menjadi supplier kopi untuk Hotel Garuda Plaza Medan. Bahkan kopi gayo hasil produksi home industri Nini pernah masuk Hotel Aston, Medan. Di Banda Aceh, bubuk kopi produksi Nini bisa dinikmati di CafĂ© Ring Road. “Saat ini juga sedang dalam proses negosiasi dengan pihak Plaza Indonesia,” kata Nini kepada The Atjeh Post, di Hermes Palace Banda Aceh, Rabu 14 Maret 2012.

Mengenakan baju batik warna hijau, dipadu dengan celana kain warna coklat muda, Nini tampak begitu segar. Rambutnya sepanjang bahu ia biarkan tergerai, kaca mata berbingkai hitam bertengger menutupi matanya yang sipit, khas ras mongoloid.

Nini satu-satunya peserta Aceh Cocoa and Coffee Conference (ACCC) untuk kategori pengusaha kopi dari Bener Meriah. Kepada The Atjeh Post ia mengatakan, selama ini kopinya tak hanya beredar di nusantara, tapi juga juga telah menembus pasar internasional. Umumnya masih di kawasan Asia seperti Malaysia, Taiwan, Korea, Cina dan Jepang. “Mereka pesan sendiri kepada saya setelah mereka coba di restauran atau pun hotel yang mereka datangi ketika berkunjung ke Indonesia,” katanya.

Untuk bisa menembus pasar tnternasional, tentu bukan hal yang mudah bagi Nini. Selama ini ia melakukan promosi dan lobby sendiri tanpa pernah dibantu oleh pemerintah kabupaten melalui dinas terkait. Karenanya, Konferensi yang menurutnya sangat penting ini tidak bisa dipastikan apakah ada hasilnya dan manfaat langsung yang bisa dirasakan oleh pengusaha.

“Kalau soal kualitas, produksi kopi kita sudah bagus, tetapi perhatian dari pemerintah yang sangat kurang. Yang punya potensi besar untuk mempromosikan usahanya ke luar, justru mendapat kendala yang besar dari pemerintah, jangankan yang rumit seperti ijin ekspor tetapi yang sepele seperti mendapatkan ijin BP POM saja sangat sulit,” cerita Nini.

Selama dua tahun terakhir, Nini sudah melakukan tiga kali pengajuan ke BP POM propinsi, tetapi sampai hari ini belum ada hasilnya sama sekali. Bahkan, menurut Nini persyaratan yang diajukan terkesan sangat sepele. Yaitu tidak memperbolehkan bangunan pabrik mempunyai sudut-sudut dengan dalih berdampak pada kebersihan pabrik.

Padahal sebagaimana diungkapkan Nini kalau untuk kebersihan pabrik, bisa dipastikan pabriknya sangat bersih dibandingkan pabrik-pabrik home industri lainnya. Bahkan Nini berkeinginan untuk mengunjungi pabrik teh botol Sosro di Jakarta. Tujuannya, ia ingin memastikan apakah standar yang ditetapkan pemerintah pada pabrik-pabrik kecil sudah diterapkan pada pabrik besar atau belum.

Menurutnya jika usaha home industri diberlakukan persyaratan yang rumit oleh Pemerintah, ujung-ujungnya bisa mematikan usaha itu sendiri.

Akibat dari tersendatnya ijin yang dikeluarkan oleh BP POM, Nini juga terkendala untuk mendapatkan label halal dari MUI. Karena ijin MUI mengacu pada hasil laboratorium yang dikeluarkan oleh BP POM.

Meski terkesan dipersulit Nini tak pernah patah semangat. Ia selalu optimis karena memiliki obsesi lain dibalik usahanya dalam memasarkan kopi Gayo. Selama ini, menurut Nini, kopi Gayo telah kehilangan identitas. Baru beberapa tahun terakhir ini kembali booming di pasaran. Ia merasa memiliki kewajiban mengembalikan identitas tersebut.

Penyebabnya, kopi yang dihasilkan di dataran tinggi di Gayo dijual sebagai bahan baku mentah ke daerah lain. Sehingga begitu kopi Gayo siap dipasarkan sebagai barang jadi maka yang muncul adalah label daerah lain.

“Seperti kopi Gayo yang kemudian berubah menjadi kopi Sidikalang, padahal bahan bakunya kopi Gayo tetapi karena diproduksi di Sumatera Utara, jadilah dia kopi Sidikalang,”

Kenyataan inilah yang membuat Nini begitu bersemangat mengembalikan citra kopi Gayo yang diproduksinya. Ia pun telah mematenkan kopinya dengan merk dagang Optimum Prime ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Ham Pusat.

Diakui Nini ia mengalami kesulitan dalam mengurus proses pematenan produknya. Karena minimnya informasi yang ia dapatkan, di sinilah menurutnya pemerintah berperan besar dalam merangkul pengusaha-pengusaha skala kecil yang ingin memasarkan produknya.

Tak hanya soal hak paten, Premium Prime yang diproduksi oleh CV Mutiara Gayo milik Nini juga menggunakan kemasan yang berstandar internasional yang diimpor langsung dari Taiwan. Begitu juga dengan mesin, juga impor dari Taiwan. Ia juga mengusahakan ada SNI untuk produksi kopinya, meski tidak ada keharusan mengenai hal itu.

Dengan kehadirannya di konferensi tersebut Nini seolah ingin mengatakan, bahwa ia juga mempunyai cara sendiri dalam menginternasionalkan kopi Gayo.[]

Sumber: http://atjehpost.com

Permintaan Bibit Kopi Gayo Meningkat

Pasca pelepasan varietas kopi Arabika Gayo-1 dan Gayo-2 sebagai kopi unggulan nasional oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, yang disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian, Nomor 3998/Kpts/SR.120/12/ 2010 pada tanggal 29 Desember 2010 lalu, permintaan bibit kopi meningkat tajam.

Menurut Ir Amir Hamzah, Kepala Kebun Percobaan (KP) Gayo Kabupaten Bener Meriah yang berada di bawah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh, untuk tahun 2011 lalu, pihaknya telah menjual sekitar 110.000 bibit kopi terdiri Gayo-1 (Timtim), Gayo-2 (Borbor) dan P-88 ex Thailand. Tingginya permintaan terhadap bibit kopi tersebut merupakan berkah karena dapat meningkatkan kesejahteraan. “Sekarang setiap karyawan telah bersemangat melakukan pembibitan sendiri di halaman rumah masing-masing dan tanah-tanah kosong dalam komplek kebun,” ujar Amir.

Menurut lelaki kelahiran Tiro 6 Oktober 1962 ini, kegiatan pembibitan tahun ini malah ditingkatkan menjadi dua kali lipat dari tahun lalu. Dalam masa 7 – 8 bulan bibit dengan tinggi sekitar 40 – 50 cm dijual dengan harga Rp 1.500,- sedangkan pemesanan luar daerah dikenai ongkos kirim. Disebutkan, permintaan tidak hanya dari petani setempat, namun juga dari kabupaten lain seperti Aceh Tengah dan Gayo Lues. Bahkan permintaan juga dari Sumatera Utara, Jambi, Jawa Barat dan lain-lain dalam bentuk biji yang sudah terseleksi. Semua kegiatan tersebut dilakukan di bawah Koperasi Kopi Arabika (Kopkar).

Selain Kopi Gayo 1 dan Gayo 2, permintaan terhadap varietas P-88 juga cukup tinggi bahkan ada petani yang lebih suka P-88 yang sedang diusulkan untuk dilepas sebagai varietas unggul nasional. Keunggulan varietas ini antara lain mutu dan produksi tinggi serta tahan terhadap hama penyakit.

Sementara itu Varietas Gayo-1 cocok dibudidayakan di ketinggian antara 1.000-1.600 meter di atas permukaan laut (dpl), sedangkan Gayo-2 merupakan kopi Borbor yang kondisinya cocok dikembangkan di atas ketinggian 1000 m dpl.

Sumber: BPTP Aceh

Pasaran Kopi Gayo Melejit di Amerika

Aceh Tengah-Kunjungan kerja Pj Gubernur Aceh, Tarmizi A. Karim ke Tanah Gayo disambut Tarian Saman Gayo. Kunjugan kerja ini untuk mensosialisasikan Pemilukada damai dengan beberapa kepala daerah di Aceh Tengah.

Begitu Tarmizi Karim menginjakkan di tanah Gayo, langsung disambut dengan meriah dan dipasangan kain upoh ulen-ulen. Kain ini dipasangkan sebagai tanda penghargaan untuk raja. "Pj gubernur sudah menjadi urang Gayo," suara protokoler menyambuat Pj gubernur Aceh.

Rombongan pj gubernur disungguhkan juga disungguhkan tarian Munalo yang diperankan oleh satu orang pemuda dan beberapa orang gadis cantik.

Setelah sampai Tarmizi di pendopo Bupati Aceh Tengah, langsung menemui bupati Aceh Tengah, Nazaruddin, Bireun, Gayo Lues, Aceh Tengah, Aceh Tenggara.

Pj gubernur Aceh, disungguhkan kopi Arabika Gayo, dalam jamuan itu Tarmizi memuji kopi Gayo. "Kopi Gayo sudah diakui dunia," tukasya.

Kata Tarmizi, kopi di Amerika, pertama sekali disuplai itu dari Aceh. "Dulu kopi kita nomor 3, sekarang melejit di Amerika," imbuhnya. Kunjungan kerja ke Aceh Tengah, Pj Gubernur disungguhkan kopi Arabika Gayo

Pj gubernur Aceh, disungguhkan kopi Arabika Gayo, dalam jamuan itu Tarmizi memuji kopi Gayo. "Kopi gayo sudah diakui dunia," tukasya.

Tambahnya, kopi gayo harus diekspor ke luar, dan lebih penting harus diolah disini, jangan bahan baku yang diekspor.[Hayatullah Zuboidi | The Globe Journal]

Petani Mengeluh, Harga Kopi Gayo Anjlok

Takengen, (Analisa). Harga kopi Gayo di sentra kopi terbesar Sumatera, Takengon dan Redelong mengalami penurunan drastis. Padahal, sebelumnya harga kopi berada pada angka yang sangat menggembirakan petani.
Anjloknya harga kopi arabika Gayo sejak sepekan terakhir membuat sejumlah petani mengeluh karena kopi berada di pertengahan panen atau menjelang panen raya. "Kualitas kopi saat ini sangat baik, namun sayang harganya turun," kata Zulkarnain, petani di kopi di Bener Meriah, Selasa (20/3).

Dikatakan, saat ini kopi gelondong merah (cherry) dibeli pedagang Rp80 ribu/kaleng. "Itu pun tergantung kualitas kopi. Kualitas baik dibeli pedagang di atas Rp80 ribu. Padahal sebelumnya harga kopi Rp100 ribu lebih," keluh Zulkarnain.

Kahar, seorang pedagang kopi di Takengon membenarkan turunnya harga kopi. Saat ini harga kopi paling mahal Rp80 ribu/kaleng buah merah atau gelondongan. Diterangkan Kahar, kopi asalan, dengan ketentuan kadar air 18 persen serta terase (sampah) 12 persen di pasar kopi Medan Rp47 ribu.

Sementara kopi Arabika Gayo siap ekspor dibeli Rp54 ribu dengan ketentuan kadar air 14 persen dan terase 8 persen. Sebelumnya, tambah Kahar, harga kopi biji hijau atau green bean di atas Rp60 ribu.

Kopi Olahan

Pantauan Analisa, saat ini sejumlah pelaku usaha kopi pada level industri kecil menengah (IKM) sudah mulai memasuki pasaran khusus kopi olahan dan tidak lagi menjual kopi mentah (biji). Sejumlah warung kopi (cafe) tumbuh subur di seputaran Takengon dan Bener Meriah.

Di Takengon, sejumlah perusahaan asing dan lokal yang menggandeng petani dan koperasi mengirim langsung kopi Gayo ke mancanegara. Kopi arabika Gayo diminati pasar dunia karena rasa dan aroma serta jaminan berbagai sertifikat untuk kopi.

Sertifikat tersebut seperti fair trade, organic coffee, rain forest dan dua sertifikat lainnya. "Sertifikat-sertifikat ini menambah nilai harga kopi arabika di pasar dunia," kata Djumhur dari koperasi Permata Gayo.(jd)

Sumber: http://www.analisadaily.com

Produksi Kopi Gayo Turun

* Dari 1 Ton menjadi 700 Kg/Ha

REDELONG - Pemanasan global dengan perubahan cuaca tiba-tiba yang telah menjadi isu dunia, kini mendera para petani kopi Gayo, khususnya di Bener Meriah dan Aceh Tenggah. Dari hasil produksi rata-rata 1 ton biji kopi per hektare kini turun 30 persen dari 1.000 kg menjadi 700 kg/ha, sehingga pendapatan petani turun.

Hal itu terungkap dalam rapat anggota tahunan (RAT) Koperasi Permata Gayo, yang digelar di Kampung Wih Konyel, Kecamatan Bukit, Bener Meriah, Kamis (8/3). Manager Koperasi Permata Gayo, Ir Armia kepada Serambi seusai rapat tahun dengan para anggota menyatakan para petani kopi terus mengeluh atas turunnya produksi kopi.

“Dalam setiap rapat tahunan anggota, para petani menyampaikan keluhan dan kini, khusus mengeluhkan turunnya produksi kopi mereka akibat perubahan cuaca dan sejumlah faktor lainnya,” jelasnya. Dia mengatakan jumlah produksi kopi belum mampu ditingkatkan secara bertahap, walau anggota koperasi terus bertambah setiap tahun.

Dia mengungkapkan para petani kopi meminta solusi untuk meningkatkan produksi. “Para anggota koperasi terus mempertanyakan penyebab produksi kopi turun sebanyak 300 kg per hektare atau dari satu ton menjadi 700 kg/hektare. Saya menduga, ada pengaruh dari pemanasan global,” ujar Armia.

Disebutkan, Koperasi Permata Gayo yang berdiri sejak 2006 dengan anggota 46 orang, kini meningkat drastis menjadi 3.089 orang, tersebar di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. “Untuk RAT tahun ini, hanya diikuti sebanyak 85 orang sebagai delegasi dari seluruh anggota koperasi yang ada,” ujar Armia didampingi koordinator lingkungan Ir Djumhur.(c35)

Sumber: aceh.tribunnews.com

Wednesday, February 08, 2012

Petani Kopi Gayo Akan Dapat Rp173 Miliar

Metrotvnews.com, Banda Aceh: Petani kopi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah akan mendapat dana premium sosial dari Fair Trade Rp173 miliar pada 2012. Hanya saja penjualan kopi Gayo mencapai target yang ditentukan perdagangan dunia.

"Dana premium sosial nantinya 25 persen untuk peningkatan produksi dan penyelamatan lingkungan dan 75 persen dikelola petani," kata Ketua Asosiasi Produser Fair Trade Indonesia (APFI), Mustawalad di Takengon, Senin (2/1).

Saat ini, jumlah petani fair trade 25.438 orang dengan luas lahan 29.183 hektare. Estimasi produksi 43.775.865 kilogram. Diperkirakan selama 2012, sosial fair trade ditargetkan Rp173 miliar.

"Saya bersama 13 orang dari berbagai koperasi di Aceh Tengah dan Bener Meriah, 21 hingga 22 Januari 2012 akan ke Bangalore, India, untuk menghadiri acara yang digelar Network of Asian Producers (NAP)," ujar Mustawalad.

Dari segi potensi dan prosek, kopi Gayo sangat terbuka lebar di pasar dunia. "Selain disukai, menurut Fair Trade Amerika, kopi Gayo masuk salah satu kopi termahal di dunia," katanya.

Selain itu, saat ini beberapa koperasi kopi di Aceh Tengah mendapat kredit lunak dari bank luar negeri seperti Islamic Development Bank. "Kita berharap petani kopi Gayo meningkatkan mutu kopi mereka, karena akan menguntungkan petani sendiri," jelas Mustawalad. (Ant/Wtr4)

Produksi Kopi Gayo Turun 10 Persen Akibat Cuaca Buruk

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Cuaca tak menentu di wilayah Aceh akhir-akhir ini menurunkan produktivitas kopi kopi arabika Gayo, komoditas ekspor andalan Provinsi Aceh, hingga 10 persen. Pasalnya, cuaca yang terkadang sangat panas namun diselingi hujan deras tersebut mengundang datangnya penyakit pada buah kopi.

Ketua Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo, Mustofa Ali, Minggu (5/2/2012), mengatakan, dampak cuaca buruk ini sudah dirasakan petani sejak masa musim hujan. Pada saat hujan deras, bunga dan bakal buah kopi banyak yang berguguran, namun saat kopi sudah berbuah, pembuahan tak bisa terjadi maksimal karena cuaca terik.

"Buah menjadi tidak matang, tapi juga tidak busuk. Ini karena adanya penyakit. Sejak perubahan iklim, kondisi ini sering terjadi, terutama saat musim hujan yang tak menentu seperti sekarang," kata Mustofa.

Produktivitas petani kopi arabika di Aceh rata-rata 750 kilogram per hektar dalam bentuk gabah (buah kopi yang sudah dikupas kulit buahnya). Rata-rata ke hilangan buah akibat serangan penyakit buah ini berkisar antara 75 kilogram hingga 100 kilogram gabah.

Kopi gayo adalah nama produk kopi arabika yang ditanam di Dataran Tinggi Gayo. Ada tiga kabupaten di dalamnya, Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Dengan total luasan tanam (2010) mencapai sekitar 95.500 hektar, yang terdiri atas 48.500 hektar di Aceh Tengah, 39.000 hektar di Bener Meriah, dan 7.000 hektar di Gayo Lues.

Kopi gayo ibarat nyawa bagi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Berdasarkan data di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh Tengah, jumlah petani Kopi di Aceh Tengah 34.476 keluarga. Jika satu keluarga diasumsikan ada 4 orang, maka 137.904 orang yang di kabupate n tersebut yang menggantungkan hidupnya pada kebun kopi. Jumlah itu setara dengan hampir 90 persen total penduduk Aceh Tengah yang mencapai 149.145 jiwa (2010).

Kondisi yang sama juga terjadi di Bener Meriah. Jumlah petani yang ada di sana mencapai sekitar 21.500 keluarga. Jika diasumsikan satu keluarga 4 orang, maka ada sekitar 84.000 jiwa orang atau sekitar 75 persen penduduk di Bener Meriah (111.000 jiwa/2010) yang menggantungkan hidupnya pada kebun kopi.

Meskipun mengalami penurunan produksi hingga 10 persen, kata Mustofa, secara kualitas kopi gayo tak terpengaruh. Permintaan ekspor masih cukup tinggi, terutama dari negara-negara seperti Singapura, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.

"Kualitas kopi gayo secara umum masih terjaga. Apalagi sudah ada berbagai perjanjian yang memudahkan penjualan kopi gayo, serta banyaknya kontrak perdagangan dengan pihak luar," kata Mustofa.

Resi Gudang untuk Masa Depan Kopi Gayo

Oleh : Muhammad Syukri.

Setelah kopi arabika gayo (selanjutnya disebut kopi gayo) memperoleh sertifikat Indikasi Geografis (IG), popularitasnya terus melonjak. Peningkatan popularitas itu tidak terlepas dari besarnya peran media massa memblow-up kekuatan aroma dan cita rasa (flavour) serta kekentalan (body) kopi yang mendominasi permukaan lahan di Dataran Tinggi Gayo.

Salah satunya termasuk prestasi yang dicapai komoditi itu di ajang cupping test Lelang Kopi Special Indonesia di Bali 9-10 Oktober 2010 lalu. Kopi gayo asal Atu Lintang berhasil meraih skor tertinggi, 85,34. Sampai akhirnya satu lot (1 kontainer) kopi gayo yang dibawa pada lelang itu dimenangkan dengan penawaran tertinggi oleh TONY’S Coffee and Tea, roaster asal Amerika Serikat.

Laju popularitas kopi gayo di dunia perkopian internasional, sepertinya tak terhentikan lagi. Permintaan terhadap kopi gayo datang silih berganti dari sejumlah eksportir dalam dan luar negeri. Sampai-sampai dua orang mahasiswi program S-2 dan S-3 asal Institut des Regions Chaudes Sup Agro Montpellier Prancis, Clara Durand dan Bigot Jeanne khusus datang ke Takengon selama dua bulan untuk melakukan penelitian aspek-aspek indikasi geografis kopi gayo.

Seiring dengan itu, harga kopi gayo (green bean) di pasaran domestik dan internasional juga mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Biasanya harga ditingkat petani hanya Rp 35 ribu per kg kini telah berada pada posisi Rp55 ribu per kg. Membaiknya harga jual kopi gayo harus bisa dipertahankan dengan berbagai strategi, di antaranya melalui regulasi dan standarisasi produk.

Mencermati perkembangan kopi gayo yang mulai memiliki posisi tawar di level internasional, tentu saja diperlukan berbagai perlindungan, baik terhadap tanamannya, petani dan sistem pemasarannya. Salah satu bentuk perlindungan yang sudah terwujud adalah terbitnya sertifikat Indikasi Geografis kopi gayo. Sertifikat itu menjadi dasar perlindungan geografis atau originalitas terhadap tanaman unggulan masyarakat di Dataran Tinggi Gayo.

Perlindungan berikutnya akan ditempuh dengan pembangunan sistem resi gudang (SRG) dan pasar lelang kopi. Di Aceh Tengah, pembangunan sistem resi gudang (SRG) akan dimulai tahun 2012, sekaligus dengan pencanangan Gayo Bussiness Center (GBC) di kawasan Paya Ilang Takengon.

Bagi petani kopi gayo, resi gudang bukanlah sesuatu yang baru. Mereka sudah memanfaatkan gudang-gudang di kilang penggilingan kopi untuk menyimpan komoditi kopi mereka. Selama ini, proses penyimpanan komoditi kopi di gudang-gudang itu masih secara tradisional tanpa menggunakan resi yang bisa dijadikan agunan. Tidak aneh pula, jumlah kopi yang tersimpan di gudang itu, kadang-kadang hanya tercatat di kepala masing-masing, semuanya atas dasar kepercayaan.

Sekarang, muncul obsesi untuk memperbaharui pola penyimpanan komoditi kopi secara tradisional itu ke pola yang lebih modern, melalui sebuah sistem resi gudang yang resmi. Sebuah pola yang berangkat dari prinsip "tunda jual" sehingga fluktuasi harga dapat terjaga. Ternyata berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2011 yunto UU Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang, sangat memungkinkan untuk mewujudkan obsesi itu.

Dalam regulasi itu (pasal 33) disebutkan urusan pemerintah daerah dibidang pembinaan sistem resi gudang meliputi: (1) pembuatan kebijakan daerah untuk mempercepat pelaksanaan sistem resi gudang; (2) pengembangan komoditas unggulan daerah; (3) penguatan peran pelaku usaha ekonomi kerakyatan untuk mengembangkan sistem resi gudang, dan (4) pemfasilitasian pengembangan pasar lelang komoditas.

Mengapa resi gudang menjadi penting bagi petani dan pedagang kopi gayo? Resi gudang merupakan dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang. Resi gudang dapat digunakan sebagai agunan karena resi itu dijamin oleh komoditas tertentu yang berada dalam pengawasan gudang yang terakreditasi. Besarnya kredit yang dapat diperoleh dari resi gudang sebagai agunannya adalah 70 persen dari nilai komoditas yang tersimpan di gudang dengan suku bunga sekitar 6 persen per tahun.

Selama ini, bukti (catatan) komoditas yang disimpan petani di gudang-gudang penggilingan kopi tidak dapat dijadikan sebagai agunan kredit. Disisi lain, petani yang sangat membutuhkan biaya produksi dan biaya hidup terpaksa menjual cepat komoditasnya (kopi gayo) walaupun dengan harga yang lebih murah. Pola itu terus terjadi sampai saat ini, sehingga petani dan pedagang pengumpul menjadi pihak yang sangat lemah dalam transaksi jual beli kopi. Mereka sama sekali tidak memiliki posisi tawar terhadap komoditas yang dihasikannya.

Sebelumnya, melalui Permendag Nomor 26/M-DAG/PER/6/2007 telah ditetapkan delapan komoditi pertanian sebagai barang yang dapat disimpan di gudang dalam penyelenggaraan sistem resi gudang yaitu gabah, beras, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut dan jagung. Persyaratan komoditi yang dapat disimpan dalam sistem resi gudang (SRG) adalah: (1) memiliki daya simpan paling sedikit tiga bulan; (2) memenuhi standar mutu tertentu; dan (3) jumlah minimum barang yang disimpan.

Kopi, sebagai salah satu komoditi yang dapat disimpan dalam sistem resi gudang, telah memenuhi persyaratan dimaksud. Komoditi kopi memiliki daya simpan sampai dua tahun jika kadar airnya sudah turun sampai 10 persen. Demikian pula standar mutu kopi menggunakan SNI 01-2907-1999, misalnya untuk grade 1 nilai cacat maksimum 11, untuk grade 2 nilai cacat antara 12 sampai dengan 25.

Sedangkan jumlah minimum barang yang disimpan, tidak ditemukan satu aturan yang menetapkan jumlahnya, berarti sepenuhnya terpulang kepada kebijakan pengelola gudang. Karena sistem resi gudang (SRG) dimaksudkan untuk melindungi petani, maka batas minum jumlah komoditas yang bisa disimpan disesuaikan dengan kemampuan produksi seorang petani.

Rata-rata petani kopi gayo di Dataran Tinggi Gayo menyimpan green bean di rumahnya sebanyak 100 kg. Dengan demikian, jumlah minimum komoditas kopi yang dapat disimpan dalam sistem resi gudang (SRG) diasumsikan 50 kg (sesuai ukuran karung goni yang tersedia). Dengan ukuran 50 kg, disamping mudah mengangkatnya, juga akan mendorong para petani (perorangan atau kelompok tani) untuk menyimpan produk kopi arabika di gudang sambil menunggu proses pelelangan.

Pastinya, manfaat sistem resi gudang (SRG) bagi petani atau pedagang adalah: (1) mempermudah akses kredit bagi pelaku usaha; (2) memberikan fleksibilitas waktu penjualan; (3) mendorong berusaha secara berkelompok dan adanya peningkatan produksi dengan standar (mutu); (4) alternatif penyaluran kredit bagi perbankan yang lebih menarik; (5) mendorong penyaluran kredit ke sektor pertanian; (6) mendorong tumbuhnya industri pergudangan dan bidang usaha terkait sistem resi gudang (SRG) lainnya.

Dengan tersedianya stock kopi gayo yang cukup dalam sistem resi gudang (SRG), memungkinkan pengelola gudang menyelenggarakan lelang komoditas kopi setiap bulannya. Pengelola gudang dapat mengundang para eksportir dan buyer luar negeri ke pasar lelang tersebut. Kehadiran ekportir dan buyer tersebut bukan hanya menguntungkan untuk perdagangan komoditas kopi, tetapi menjadi momentum tumbuhnya pariwisata daerah.

Logikanya, para eksportir, buyer beserta stafnya pasti membutuhkan penginapan, rumah makan, angkutan lokal, bahkan guide (pemandu). Pastinya, momen pasar lelang akan membuka lapangan kerja baru, dan menarik wisatawan berkunjung ke Takengon. Kedatangan mereka bisa jadi untuk menyaksikan proses pelelangan kopi, bisa juga ingin mencicipi (test cup) kopi arabika gayo. Jadi sistem resi gudang (SRG) dan pasar lelang kopi disamping melindungi petani kopi juga ibarat lokomotif yang akan menarik gerbong pariwisata, usaha angkutan, penginapan, rumah makan, dan terakhir mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD).

Sumber www.analisadaily.com