Sunday, December 23, 2007

Asosiasi Kopi Permudah Hubungan Aceh - Amerika

SERAMBI INDONESIA (HARIAN) ; 22/9 ; Wakil Presiden Kopi Organik dari perusahaan Royal Coffee, Amerika Serikat (AS), John Cossette, menyarankan agar Aceh segera membentuk Aceh Coffee Association (Asosiasi Perkopian Aceh).

Asosiasi itu nantinya akan menjadi penghubung antara pembeli kopi di AS dengan produsen kopi di Aceh, sehingga apa yang diproduksi di Aceh sesuai dengan spesifikasi kopi yang diinginkan pasar AS.

Gagasan itu dikemukakan John Cossette dalam pertemuan business roundtable dengan para importir dan pengolah kopi di World Affair Council, San Fransisco, Rabu (19/9) waktu setempat atau Kamis malam waktu Indonesia barat.
Diskusi yang melibatkan para pengusaha Aceh itu dibuka Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, berlangsung dalam suasana interaktif, konstruktif, dan dihadiri lebih dari 20 pengusaha pembeli kopi dari negara bagian Kalifornia, Amerika Serikat (AS).

Menurut John Cossette, asosiasi perkopian di sebuah negara, seperti AS, bisa menangani langsung kebijakan produksi kopi yang berorientasi pasar, bukan cuma semata-mata menggenjot produktivitas per hektare dalam sebidang kebun kopi.

Memperkuat gagasannya tentang pentingnya asosiasi kopi Aceh itu segera dibentuk, John Cossette mengatakan, para importir dan pembeli kopi di AS bersedia menjadi tim asistensi demi mendongkrak kapasitas asosiasi tersebut melalui program training atau program sejenisnya.

Ia juga mengingatkan bahwa pendekatan generik terhadap bisnis kopi yang hanya mengandalkan kuantitas, apabila hal itu dilakukan oleh seluruh negara produsen kopi dunia, maka akan menyebabkan over supply. Di sisi lain, hal itu tetap menyisakan gap (jurang) yang besar antara para penikmat kopi stylist yang menginginkan kopi premium, dengan kekosongan produk kopi premium yang tersedia di pasar. “Ini adalah tantangan, tetapi sekaligus peluang. Beberapa negara Afrika seperti Kenya dan Rwanda sudah bergerak ke arah ini,” kata Cossette yang mengaku perusahaannya telah mengimpor kopi dari berbagai belahan dunia sejak tahun 1978.

Apa yang digagas John Cossette itu ditanggapi positif oleh Ir Taufik MS, salah seorang rombongan delegasi Aceh yang menyertai lawatan Gubernur Aceh ke AS. Taufik yang Direktur Utama PD Geunap Mupakat, BUMD penghasil dan pengolah kopi di Aceh Tengah, menyambut baik ide pembentukan asosiasi tersebut. “Dengan adanya asosiasi itu maka kita dapat mendengar langsung apa keinginan pasar, sehingga apa yang kita hasilkan adalah apa yang diinginkan pasar,” kata Taufik sebagaimana dikutip dan dilaporkan Syafruddin Chan, Kepala Investor Outrecht Office Banda Aceh yang ikut dalam pertemuan itu kepada Serambi, Jumat pagi.

Menurutnya, dalam pertemuan itu dibicarakan juga keinginan beberapa pihak untuk memperbaiki infrastruktur yang terkait dengan industri perkopian di Aceh, di samping keinginan untuk mengangkat taraf hidup petani kopi dengan cara membelinya lebih tinggi di tingkat petani.

Beda dengan dulu

Dalam diskusi itu, Geoff Watts, Wakil Presiden Intellegentia Coffee, salah satu pembeli green coffee di Amerika, menambahkan bahwa pasar kopi dunia sekarang beda dengan dulu. Dulu, kopi apa pun yang dijual akan dibeli konsumen, karena konsumen kopi memang tak punya pilihan lain. Akan tetapi, penikmat kopi sekarang makin pintar dan selektif. Mereka akan mencari kopi yang benar-benar bercitarasa unik dan spesial.

Untuk itu, mereka berani bayar dengan harga berapa pun. Oleh sebab itu, Aceh harus punya premium product yang bisa dibeli dengan harga premium (premium price). “Aceh harus tahu berapa harga tertinggi (ceiling price) yang bisa diterima pasar sekarang dan go for it,” kata Geoff Watts.

Tanpa pembedaan citarasa produk, lanjut Watts, maka kopi Aceh tidak akan pernah punya awareness di pasar kopi dunia. “Apalagi sekarang merek yang dikenal di Amerika bukan kopi Aceh, melainkan kopi Sumatera.”(dik)

No comments: