Friday, December 07, 2012

Kabupaten Bener Meriah Gelar Festival Kopi Gayo




Oleh Basri A. Bakar   
Kabupaten Bener Meriah yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah menggelar Festival Kopi Gayo pada 28 – 29 April 2012 yang dipadukan dengan panen raya, kunjungan ke KP Kopi Gayo yang berada di bawah BPTP Aceh, pameran, seminar, test cupping kopi dan peresmian Institut Agribisnis Tagoria Gayo. Acara tersebut sedianya dihadiri Menko Bidang Perekonomian, Meneg BUMN, Menteri Pariwisata dan Menteri Koperasi dan UKM, namun batal hadir ke tempat acara berskala internasional tersebut. Memberi sambutan atas nama menteri diwakili oleh Deputi Bidang Usaha Jasa, Parikesit Suprapto. 

Dalam sambutannya Parikesit mengatakan potensi kopi sangat besar di masa mendatang, karena banyak orang suka minum kopi. “Kita tidak bisa  berdiri sendiri tanpa sinergi yang bagus, yakni sinergi tripartit antara  pemerintah, masyarakat dan swasta, sehingga harkat kopi Gayo dapat dikenal di tingkat international 
Kegiatan tersebut menurut ketua panitia Razali Hansen adalah untuk mengangkat nama Bener Meriah yang punya cita rasa melalui kopi Gayo. “Kopi Gayo hampir satu abad dikenal, maka saatnya kini kita cetuskan satu abad kopi Gayo tingkat dunia. Kita minta pemerintah untuk mencari solusi terhadap nasib petani nyang masih tetap miskin, padahal kopi Gayo terkenal di luar negri,” ujarnya. Disebutkan, kopi bagi masyarakat Gayo adalah sebagai emas merah dan andalan ekonomi. Sekitar 39.000 ha merupakan kopi rakyat. Saat ini harga kopi Rp 50.000/kg, sehingga dapat menghasilkan sekitar Rp 1,8 triliun/tahun.
Kepala KP Gayo Ir Amir Hamzah hadir dalam acara Festival Kopi Gayo
Kepala KP Gayo Ir Amir Hamzah hadir dalam acara Festival Kopi Gayo







Jamur Akar Putih
Sementara itu Prof Dr Ir Abubakar Karim, MSi dalam seminar berjudul “Revitalisasi Kebun Kopi Rakyat di Dataran Tinggi Gayo” menyarankan perlunya kebun plasmanutfah kopi, guna melestarikan varietas-varietas kopi unggul dataran tinggi Gayo. “Kita sudah berhasil meningkatkan produktivitas rata-rata saat ini 800 kg/ha, langkah ke depan adalah bagaimana kita meningkatkan kualitas produksi dan harga yang menguntungkan petani,” papar Abubakar yang juga guru besar Fakultas Pertanian Unsyiah. 
Di sisi lain dalam acara diskusi, banyak peserta mengungkapkan serangan penyakit akar kopi di lapangan yang menyebabkan tanaman mati mendadak. Oleh karena itu perlu identifikasi penyebabnya secara pasti, apakah penyakit jamur atau nematoda. Menurut pemakalah lain Hartati Oktarina, SP, MSc cara mengatasinya antara lain membiarkan tanah tanpa ditanami selama 6-9 bulan (nematoda), rotasi tanaman dan pemanfaatan limbah kakao yang dicampur dengan trichoderma sebagai kompos. Selain itu dapat dilakukan pencegahan dengan menggunakan jamur Trichoderma virens karena menghasilkan enzim dan toksin berupa ethanol yang dapat menghancurkan hifa. Basri AB 

No comments: