Oleh Basri A. Bakar |
Kabupaten
Bener Meriah yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah
menggelar Festival Kopi Gayo pada 28 – 29 April 2012 yang dipadukan
dengan panen raya, kunjungan ke KP Kopi Gayo yang berada di bawah BPTP
Aceh, pameran, seminar, test cupping kopi dan peresmian Institut
Agribisnis Tagoria Gayo. Acara tersebut sedianya dihadiri Menko Bidang
Perekonomian, Meneg BUMN, Menteri Pariwisata dan Menteri Koperasi dan
UKM, namun batal hadir ke tempat acara berskala internasional tersebut.
Memberi sambutan atas nama menteri diwakili oleh Deputi Bidang Usaha
Jasa, Parikesit Suprapto.
Dalam
sambutannya Parikesit mengatakan potensi kopi sangat besar di masa
mendatang, karena banyak orang suka minum kopi. “Kita tidak bisa
berdiri sendiri tanpa sinergi yang bagus, yakni sinergi tripartit
antara pemerintah, masyarakat dan swasta, sehingga harkat kopi Gayo
dapat dikenal di tingkat international”.
Kegiatan
tersebut menurut ketua panitia Razali Hansen adalah untuk mengangkat
nama Bener Meriah yang punya cita rasa melalui kopi Gayo. “Kopi Gayo
hampir satu abad dikenal, maka saatnya kini kita cetuskan satu abad kopi
Gayo tingkat dunia. Kita minta pemerintah untuk mencari solusi terhadap
nasib petani nyang masih tetap miskin, padahal kopi Gayo terkenal di
luar negri,” ujarnya. Disebutkan, kopi bagi masyarakat Gayo adalah
sebagai emas merah dan andalan ekonomi. Sekitar 39.000 ha merupakan kopi
rakyat. Saat ini harga kopi Rp 50.000/kg, sehingga dapat menghasilkan
sekitar Rp 1,8 triliun/tahun.
Jamur Akar Putih
Sementara itu Prof Dr Ir Abubakar Karim, MSi dalam seminar berjudul “Revitalisasi Kebun Kopi Rakyat di Dataran
Tinggi Gayo” menyarankan perlunya kebun plasmanutfah kopi, guna
melestarikan varietas-varietas kopi unggul dataran tinggi Gayo. “Kita
sudah berhasil meningkatkan produktivitas rata-rata saat ini 800 kg/ha,
langkah ke depan adalah bagaimana kita meningkatkan kualitas produksi
dan harga yang menguntungkan petani,” papar Abubakar yang juga guru
besar Fakultas Pertanian Unsyiah.
Di
sisi lain dalam acara diskusi, banyak peserta mengungkapkan serangan
penyakit akar kopi di lapangan yang menyebabkan tanaman mati mendadak.
Oleh karena itu perlu identifikasi penyebabnya secara pasti, apakah
penyakit jamur atau nematoda. Menurut pemakalah lain Hartati Oktarina,
SP, MSc cara mengatasinya antara lain membiarkan tanah tanpa ditanami
selama 6-9 bulan (nematoda), rotasi tanaman dan pemanfaatan limbah kakao
yang dicampur dengan trichoderma sebagai kompos. Selain itu dapat dilakukan pencegahan dengan menggunakan jamur Trichoderma virens karena menghasilkan enzim dan toksin berupa ethanol yang dapat menghancurkan hifa. Basri AB |
Friday, December 07, 2012
Kabupaten Bener Meriah Gelar Festival Kopi Gayo
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment