Jakarta, Departemen Pertanian menyediakan anggaran pada 2008 sebesar Rp 9,981 miliar untuk perluasan dan peremajaan perkebunan kopi di Indonesia guna meningkatkan produksinya.
Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian Achmad Mangga Barani di Jakarta mengatakan, tahun 2008 Deptan telah menganggarkan bantuan untuk petani kopi sebesar Rp 9,981 miliar dari APBN, karena 95 persen perkebunan kopi yang ada di Indonesia dimiliki petani, tidak seperti perkebunan kelapa sawit banyak dimiliki pengusaha besar.
Khusus untuk perkebunan kopi Arabika disediakan anggaran sebesar Rp9,239 miliar sedangkan untuk perkebunan kopi robusta Rp742 juta. Anggaran lebih besar untuk kopi arabika guna mendorong peningkatan produksi, karena harganya lebih tinggi di pasaran dunia maupun di dalam negeri bila dibandingkan dengan kopi robusta, kata Mangga Barani di Jakarta, Jumat (14/3).
Achamd Mangga Barani menambahkan, Indonesia merupakan negara terbesar kedua pengekspor kopi di dunia setelah Brazil. Untuk ekspor pasar jenis kopi robusta sudah mempunyai pasar, sedangkan jenis arabika baru dicoba ke beberapa pasar dominan seperti Jepang dan dalam hal ini Indonesia sudah bekerjasama dengan Jepang. Negara tujuan ekspor lainnya adalah Eropa dan Timur Tengah.
Produksi kopi Indonesia mencapai 700 ribu ton sementara jumlah konsumsi kopi dalam negeri mencapai 170 ribu ton, sisa produksi tersebut diorientasikan ekspor ke berbagai negara.
Untuk mendukung peningkatan produksi kopi tahun 2008 ini Deptan akan memberikan 100 ribu batang varietas unggul yang mampu tahan terhadap hama penyakit dan tingkat produksi lebih tinggi, katanya.
Ada beberapa permasalahan dalam perluasan lahan kopi karena menyangkut iklim sehingga perluasan lahan tidak begitu banyak, jadi untuk meningkatkan produksi difokuskan pada peremajaan perkebunan yang sudah tua dan menggunakan bibit unggul.
Target perluasan areal perkebunan kopi hingga tahun 2010 mencapai 2,2 juta hektare, untuk perkebuna kopi arabika seluas 180 ribu hektare dengan dengan peningkatan produksi dari 47 ribu ton menjadi 81 ribu ton, peningkatan kopi produktivitas menjadi 900 kg/hektare/tahun.
Juga meningkatkan ekspor menjadi 60 ribu ton, meningkatkan pendapatan petani dan nilai tambah perbaikan pengolahan hasil dengan target 90 persen ekspor nasional berupa kopi arabika spesial olahan basah.
Sedangkan untuk robusta perluasan lahan 1.227 ribu hektare, meningkatkan produksi dari 627 ribu ton menjadi 650 ribu ton, meningkatkan ekspor dari 400 ribu ton menjadi 500 ribu ton dan nilai tambah serta daya saing melalui perbaikan mutu untuk mencapai target ekspor mutu 1 dan 2 sebesar 60 persen dan meningkatkan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir.
Data perkebunan kopi dari Ditjen Perkebunan tahun 2006 menyebutkan luas areal seluas 1.308.732 hektare 96 persen diantaranya milik perkebunan rakyat sisanya 4,10 persen diusahakan dalam bentuk perkebunan besar, dengan volume ekspor sebesar 413.500 ton, dengan total produksi sebesar 743.409 ton.
Tingkat produktivitas rata rata saat ini sebesar 792 kg biji kering per tahun, tingkat produktivitas tanaman kopi di Indonesia cukup rendah bila dibandingkan dengan negara produsen utama kopi di dunia lainnya seperti Vietnam (1.540 kg/hektare/tahun), Colombia (1.220 kg/hektare/tahun dan Brazil (1.000 kg/hektare/tahun). (Kominfo Newsroom – Bhr/id/b)
Thursday, June 26, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment