Tuesday, August 16, 2011

Kopi Arabika Serap Karbon Tinggi

Banda Aceh — Keseimbangan kopi Arabika Aceh memiliki kemampuan yang cukup tinggi dalam menyerap racun CO2. Lahan hijau mengurangi emisi karbon atau REDD dengan mencegah penebangan pohon. Pemerintah Aceh sangat mengharapkan agar penanaman kopi arabika harus dilakukan secara optimal karena sangat membantu untuk menyerap karbon. Provinsi paling ujung Sumatera ini terbesar menghasilkan kopi arabika di Indonesia. Demikian sebut Gubenur Aceh, Irwandi Yusuf yang dibacakan oleh Asisten II, Said Mustafa ketika membuka seminar sehari kopi konservasi dan pengelolaan kopi secara berkelanjutan di Kantor Gubernur Aceh,Rabu (22/6).

Dalam sambutan itu disebutkan bahwa Indonesia menghasilkan kopi terbesar ketiga dunia dengan 600.000 ton pertahun. Dimana 70 persen diantaranya di ekspor keluar negeri. Kemudian sebanyak 85 persen merupakan kopi jenis robusta sedangkan sisanya adalah jenis arabika. “Aceh merupakan penghasil kopi arabika terbesar di Indonesia yaitu di Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan luas lahannya hingga 83.000 hektar,” sebutnya.

Terkait kopi Arabika ini, Ketua Forum Kopi Aceh, Mustafa Ali mengatakan dalam satu batang kopi itu rata-rata sekitar 600 — 750 kilogram perhektar pertahun. Akibat perubahan iklim saat ini, produktifitas kopi menurun dari 10 sampai 20 persen pertahun. “Kami berpikir penanaman kopi secara berkelanjutan dengan ramah terhadap lingkungan. Kita harus pikirkan tanah dan pohon pelindungnya, supaya kita tahu kecukupan terhadap sinar matahari, angin dan hujan,” ungkapnya.

Ketua panitia, Saudah Lubis dari Conservation International (CI) mengatakan kopi merupakan produk andalan di Aceh sehingga bisa memberikan konstribusi positif bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan bagi petani kopi. Seminar ini dibuat untuk mengetahui bagaimana tindaklajut terkait harga dan pengembangan kopi di Aceh yang dianggap belum maksimal. “Hasil dari seminar ini akan lahir kesepakatan dalam penerapan kopi secara berkelanjutan. Petani kopi bisa mendapatkan nilai ekonomi yang baik sekaligus menjaga kelestarian hutan,” ajaknya. [Firman Hidayat | The Globe Journal | 003]

No comments: