TAKENGON-Direktorat Jendral Mutu dan Standarisasi Pengolahan dan Pemasaran Departemen Pertanian Republik Indonesia, akan melakukan penelitian sistim pertanian organic di Aceh Tengah.
DR L I Nyoman Oka Trijaya, MA PPL SC, Dirjen Mutu dan Standarisasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian menyatakan, "hasil penelitian ini nantinya akan menjadi acuan standar mutu Indonesia (SNI)," sebut Dirjen saat bertemu Bupati Aceh Tengah, Ir Nasaruddin MM, Kamis (2/8).
Dalam penelitian untuk kopi organik, Dirjen akan bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan kopi di Jember. “Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk meningkatkan produksi kopi Aceh Tengah dengan system organik."
Selain merlakukan penelitian, tim Dirjen ini akan melakukan peninjauan langsung ke perkebunan kopi milik daerah di Burni Bius dan prosesing kopi di Kampung Weh Nareh Kecamatan Pegasing.
I Nyoman berharap agar Aceh Tengah yang mayoritas penduduknya menggantungkan perekonomian mereka dengan berkebun kopi, perlu melihat Pulper (sistim Penggilingan Kopi) yang dibutuhkan oleh petani setempat).
Selain meneliti sistim perkebunan kopi secara organic, tim ini juga berjanji memberikan bantuan 10 unit mesin pengolahan tebu yang akan dijadikan gula merah pada kelompok tani di Kecamatan Ketol.
“Dalam penelitian ini, kita akan bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Aceh Tengah,” ujar I Nyoman Oka Trijaya.
Lebih lanjut dijelaskan Dirjen, khusus untuk sertifikasi lahan-lahan perkebunan , selama ini di Indonesia, untuk berbagai jenis komoditi perkebunan, seperti, Sawit, kopi, kakao, dilakukan oleh pihak luar negeri, yaitu dari SKAL, NASA, JAS ddan Fair Trade.
Sementara itu, ujar I Nyoman Oka, di Indonesia sendiri telah ada Lembaga Standar Mutu Indonesia (SNI). “Untuk itu SNI akan memverifikasi lembaga asing tersebut untuk bekerjasama dengan SNI," ujar I Nyoman Oka.
Sementara itu, Bupati Aceh Tengah, Ir H Nasaruddin didampingi Kabag Humas, Drs Windi Darsa, kepada wartawan menyatakan, sangat mendukung rencana penelitian oleh Dirjen dari Deptan RI tersebut.
Dikatakan Nas, sebutan bupati, selama ini di Takengon sudah ada perusahaan asing yang menjalankan sistim pertanian kopi secara organic yang bekerjasam dengan koperasi Baitul Qirad Baburrayan.
Dengan sistim organic ini, kata bupati, mutu kopi asal Gayo tersebut tetap diminati oleh Negara-negara konsumen kopi di Ameriak, Erofa dan Jepang, yang sangat menyukai kopi organic Aceh Tengah.
Kepada tim yang dating ke dataran tinggi gayo, bupati menjelaskan, Aceh Tengah telah memiliki home industri yang mengolah kopi menjadi bubuk kopi. Namun home industri ini masih berskala kecil.
Sementara perusahaan yang ada baru mengeksport kopi kering ke luar negeri. Bukan kopi bubuk dalam kemasan. Menjawab tim pemasaran gula produksi petani tebu di Takengon, menurut bupati masih dipasarkan secara lokal pada pedagang luar daerah.(win)
Wednesday, November 14, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment