Wednesday, November 14, 2007

Kopi Gayo Pelengkap Pameran Foto di Jepang

Bertepatan dengan peringatan dua tahun tsunami hari ini (Selasa, 26/12), GBI (Graha Budaya Indonesia dan JAN (Japan Aceh Net) menggelar pameran foto tsunami di Tokyo, Jepang. Tak kurang dari 30 foto berwarna karya fotografer harian Serambi Indonesia dan 3 lukisan Mahdi Abdullah ikut hadir.

Seiichi Okawa, ketua pameran yang juga kepala biro sebuah stasiun TV swasta terkemuka dari Indonesia dalam rilisnya ke Serambi, Senin (25/12) menyatakan pameran foto ini sebagai ajang peringatan dua tahun tsunami akan dilaksanakan selama tiga hari, 26-29 Desember 2006. Menurut dia, warga internasional mulai melupakan bencana bersejarah itu.

Melalui ajang ini, katanya, orang-orang akan kembali mengingat betapa dahsyatnya tsunami yang telah menghantam Aceh. Selain foto dan lukisan, GBI dan JAN akan memamerkan pula berbagai jenis

produk sulaman (bordiran) khas Aceh, dan barang-barang yang lain asal Aceh, antara lain: CD, VCD, dan berbagai jenis kain tradisional Aceh.

Okawa mengatakan kopi Gayo akan melengkapi pameran foto itu sekaligus menghangatkan badan para pengunjung dalam musim salju ini yang sedang melanda Jepang. Dia menambahkan kerjasama GBI/JAN dengan Harian Serambi Indonesia bukanlah yang pertama kali.

Disebutkan, setengah bulan setelah terjadi bencana gempa/tsunami di NAD, juga digelar pameran foto bencana tsunami di lebih 20 tempat di dalam negeri Jepang pada periode Januari s/d Nopember 2005 dengan menampilkan foto-foto jurnalistik dari Serambi Indonesia dan GBI/JAN

Berkat pameran foto tersebut, ungkapnya, berhasil terkumpul sejumlah dana dari masyarakat Jepang. Dana ini dimanfaatkan untuk lomba mengambar, mengarang di Banda Aceh pada April-Mei 2005, juga untuk membuat buku “Tsunami Aceh Getarkan Dunia”, buku gambar “Nyawoung”, juga buku kumpulan sajak Aceh “Lagu Keluh”––

bekerjasama dengan Aliansi Sastrawan Aceh (ASA).
GBI menurut pengakuan Okawa, sedang merencanakan pameran budaya/produk Aceh pada April-Mei 2007 di Tokyo. Hal ini bertujuan memperkenalkan “wajah” Aceh melalui berbagai komoditi khas Aceh. “Nama Aceh sudah dikenal di seluruh dunia akibat bencana. Kini Aceh perlu memperlihatkan diri melalui berbagai potensi agar kian mandiri secara ekonomi” ujar Okawa.(tri)

No comments: