REDELONG - Jamur akar dan hama penggerek buah menyerang tanaman kopi rakyat di Kabupaten Bener Meriah. Menurut data terkini, lebih 23 juta batang kopi dengan total luas 19.927 hektar diserang kedua jenis penyakit mematikan tersebut. Jika tak segera diantisipasi, kopi Gayo benar-benar kritis dan 90 persen masyarakatnya terancam hilang sumber pendapatan.
Berdasarkan data yang dihimpun Serambi, luas areal kebun kopi di Kabupaten Bener Meriah saat ini mencapai 37.816 hektar. Dari jumlah itu, serangan jamur akar terberat mencapai 861 hektare (1.033.464 batang), serangan sedang 3.481 hektare (4.177.260 batang), dan serangan ringan 8.856 hektare (10.627.236 batang). Menurut berbagai referensi, jamur akar yang dapat menyerang tanaman kopi adalah jamur berwarna putih, cokelat, hitam, dan merah. Akan tetapi jamur akar yang menyerang kopi di Bener Meriah umumnya warna putih.
Sedangkan hama penggerek buah, dihitung dari luas areal tanaman, juga terdiri dari bebarapa tingkatan. Serangan tergolong berat mencapai 4.957 hektare (5.948.508 batang), serangan sedang 1.340 hektare (1.608.468 batang), dan serangan ringan 432 hektare atau 5.192 batang.
Tingkat kerugian petani kopi Bener Meriah akibat serangan hama dalam dua tahun terakhir mencapai Rp 10 miliar dengan perkiraan setiap tahunnya menghasilkan biji kopi hijau (green coffee) sekitar 400 kilogram/hektare dikali harga jual terendah Rp 15.000/kilogram, sementara serangan hama jamur akar terberat mencapai 861,22 hektare. Kerugian itu akan semakin besar jika dihitung pada serangan sedang dan ringan.
Bupati Bener Meriah, Ir Tagore Abubakar, Jumat (3/8) kepada Serambi mengatakan, Pemkab Bener Meriah telah berupaya menanggulangi hal tersebut dengan menganjurkan petani untuk mengantisipasi jamur akar dengan menggunakan biofungisida (Trichoderma SP). Pemberian fungisida ini bertujuan untuk mencegah penularan jamur yang berlangsung cepat, dengan radius mencapai 20 meter.
Tagore yang ahli pertanian itu mengatakan, pengadaan Trichoderma SP saat ini sangat terbatas, mengingat luas lahan kopi di Kabupaten Bener Meriah sangat luas. Untuk itu, kata Tagore, pemkab berusaha mendapatkan bantuan dari Pusat melalui Dirjenbun untuk membuat laboratorium yang dapat memproduksi Tricohderma SP dengan jumlah banyak di Bener Meriah.
Solusi lainnya, lanjut Tagore, Pemkab Bener Meriah juga akan berupaya untuk mengadopsi sistem Proyek Rehabilitasi Perkebunan Tanaman Ekspor (PRPTE), sehingga kemungkinan besar, ribuan hektar kopi di Bener Meriah akan direhabilitasi dengan pola tanam ulang, setelah semua lahan dipastikan steril dari gangguan jamur akar.
Menurt data, luas kebun kopi di Bener Meriah tahun 2007 mencapai 37.816 hektare yang tersebar dalam tujuh kecamatan. Rinciannya, Kecamatan Pintu Rime Gayo 6.287 hektare, Timang Gajah 7.481,30 hektare, Wih Pesam 2.595 hektare, Bukit 2.634 hektare, Bandar 5.367 hektare, Permata 8.875 hektare, dan Kecamatan Syiah Utama 4.576 hektare.
Warisan konflik
Serangan jamur akar dan hama penggerek buah pada tanaman kopi di Bener Meriah benar-benar membuat petani kopi di kabupaten pemekaran Aceh Tengah tersebut terpukul. Apalagi berdasarkan pendapat sejumlah pakar pertanian yang pernah meneliti penyakit jamur akar, penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan dan menyerang tanaman kopi hingga mati.
Seorang petani di Kecamatan Permata, Rasyidin Aman Muhamad, Jumat (3/7) mengatakan, sejak awal konflik, ribuan hektare kebun kopi di Kabupaten Bener Meriah tak terawat sehingga lahan kopi ditumbuhi gulma dengan jumlah banyak yang menyebabkan tanaman kopi menjadi terganggu. Lama kelamaan batang kopi berjamur diikuti dengan rontoknya daun yang akhirnya menyebabkan kopi menjadi kering-kerontang hingga akhirnnya mati, ujar Aman Muhammad.
Mengenai ancaman jamur akar, menurut Aman Muhammad, sebelumnya tidak pernah mengetahuinya. Petani hanya beranggapan bahwa kopi tersebut terpuruk akibat tidak pernah dirawat.
Akan tetapi, sejak Pemkab Bener Meriah menjelaskan tentang hal tersebut, petani mulai melakukan langkah-langkah yang dianjurkan pemerintah, antara lain dengan menggunakan biofungisida Trichoderma SP. Biofungisida ini ditaburkan pada tanah yang sebelmnya digali sedemikian rupa di sisi batang kopi. Mungkin juga karena lahan kopi ditumbuhi gulma, meransang jamur akar berkembang dengan cepat, begitu perkiraan Aman Muhammad.
Emergency
Bupati Bener Meriah, Tagore Abubakar mengatakan, kopi di daerahnya saat ini emergency (darurat). Hal ini dikaitkan dengan penularan penyakit jamur akar yang cukup cepat meliputi delapan batang kopi di sekitarnya, atau sekitar radius 20 meter dari batang kopi yang telah terserang jamur akar.
Penaburan biofungisida harus tetap digalakkan, karena meskipun dilakukan tanam ulang, tanah bekas tanaman kopi sebelumnya masih terkontaminasi jamur akar sehingga harus disterilkan terlebih dahulu, demikian keterangan Tagore .(c19)
Wednesday, November 14, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment