TAKENGON – Mantan Gubernur Aceh, Mustafa Abubakar, Minggu (30/4) mengatakan, pasca musibah gempa dan tsunami yang melanda Tanah Rencong, 26 Desember 2004 lalu, nama kopi Gayo semakin mendunia. Kopi ini merupakan bubuk kopi terbaik di Indonesia bahkan di dunia. Namun, selama ini kurang dikenal di pasaran kopi internasional.
Pasca tsunami, mata dunia melihat Aceh yang porak-poranda dan mereka juga melihat sejumlah potensi dan sumberdaya alam di Aceh Tengah dan Bener Meriah. Kopi Gayo dikenal punya cita rasa yang khas dibandingkan dengan kopi lain di Indonesia seperti kopi Mandailing dan Lintong di Sumatera Utara dan kopi Toraja di Sulawesi Selatan.
Untuk itu, Mustafa Abubakar mengharapkan para petani memafaatkan momen tersebut untuk menjalin kerjasama ekspor kopi dengan negara lain. Mustafa Abubakar tiba di kilometer 60, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah kemarin untuk menghadiri peletakan batu pertama pembangunan rumah korban konflik di daerah itu.
Dikatakan, kopi Gayo banyak dikonsumsi masyarakat dunia, namun produk kopi tersebut tidak memakai nama Gayo, tetapi menggunakan kemasan dan merek lain sehingga sangat merugikan petani Gayo. Oleh karena itu, kata Mustafa, diperlukan promosi yang gencar untuk mengembalikan nama Kopi Gayo di pasaran internasional. Untuk rehabilitasi dan rekontruksi Aceh pasca tsunami, uang mengalir ke Aceh tiap bulannya mencapai 2 triliun lebih dan selama setahun tidak kurang 20 triliun uang yang beredar di Provinsi Aceh.
Untuk itu, diperlukan kejelian kita agar uang sebanyak itu dapat dimamfaatkan untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di daerah ini. Selain komoditi andalan kopi, Aceh Tengah dan Bener Meriah juga potensial komoditi hortikultura lain seperti tomat, kentang, kol, cabe, dan sayur-sayuran lainnya. Melihat potensi alam di dataran tinggi Gayo, Mustafa Abubakar menganjurkan untuk mengembangkan budidaya bunga potong untuk diperdagangkan ke luar daerah.
Wednesday, November 14, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment